Adalah sebuah kewajiban untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah Allah berikan. Salah satunya adalah citra yang disematkan Allah padaku. Beberapa minggu yang lalu, salah satu temanku, malam-malam sekali, sekitar pukul 23 mengirimkan pesan line kepadaku (sedikit diubah untuk peyamaran)
Upeh Icikkkk! Assalamualaikum, Malem ini aku stalking highlights mu dan aku nangis. Aku ngga tahu bagaimana Allah mengatur perjumpaan2 yang ada dalam hidup manusia, khususnya dalam hidupku.Aku terkesima ketika kita satu tim X, bisa jadi pertemuan kita adalah salah satu celetuk doa yang tanpa sadar aku panjatkan; pengen tahu kenapa ada temennya temenku yang sama orang tuanya wajib naik mobil... pengen tahu rasanya punya temen anak RK... pengen tahu caranya nge feed di instagram dan bikin caption yang strong biar influence orang2 ngga cuma sekedar menginspirasiii tapi juga bernilai dakwah.... So, here I am crying. Aku ga sengaja scroll timeline like usual 'sekali deh sebelum tidur' dan nemu fotomu sama masmu... berlanjut ke insta story dan highlight mu... dari insta story kamu sama temenmu, aku akhirnya bs nangis karena udah lama banget ninggalin tilawah rutin, aku baru bs sedih lagi. Aku kira kemarin aku merasa gagal sama kamu karena kamu nggak ngedukung ambisi aku. Semoga dzon-dzon aku padamu selesai disiniii.... aku seneng punya temen baik kaya kaliaaan! uhibbuki fillah!
Kali ini aku mau membahas kalimat terakhir temanku yang benar-benar membuatku istighfar sebanyak-banyaknya
Demi Allah, saat itu juga galaksi ku seperti baru saja dihujani meteor-meteor raksasa. Antara senang dan sedih. Senang karena Allah benar-benar sebaik-baiknya Penutup Aib. Senang karena Allah masih sayang sekali sama aku sehingga masih mau menutupi aibku dengan sangat rapat. MaashaAllah.. Sedih karena aku tidak sesempurna yang ia bayangkan, sedih karena mengapa ia yang meminta maaf terlebih dahulu.. mengapa tidak aku? dan mengapa aku tidak terpikir sama sekali? Seperti kertas kosong saja, bersih suci tanpa dosa. Astaghfirullah.
Sungguh, di dunia ini tidak ada sama sekali manusia yang sempurna. Sempurna jasmani maupun rohani. Tidak ada sama sekali. Ketika kita diberikan fisik yang cantik, misalnya, lalu kita ternyata memiliki kekurangan dalam manajemen emosi sehingga kurang disukai orang-orang. Kemudian saat ada orang yang diberikan fitrah lebih berupa harta melimpah, ternyata ia terjebak dalam kenikmatan dan lupa pada Allah, naudzubillah.
Termasuk pula rohani kita. tidak ada jiwa yang sempurna. Siapapun, dari kalangan apapun, pasti pernah merasa iri dengki atau suudzon kepada saudaranya sendiri. Ya, dzon² itu pasti ada, meskipun dari luar kita dipandang sebagai orang yang saaangat suci. Karena sebenarnya yg orang liat itu hanyalah branding yg kita buat untuk menutupi aib-aib kita secara fisik, dan Allah yang menutupinya secara batin.
Siapa sih manusia yg tidak pernah membuat kesalahan? Tidak pernah nge-dzon, Tidak pernah merasa kesal? Tidak ada, cik. Karena manusia mempunyai hati yang bisa mengekspresikan segala rasa. Wadah segala rasa.
Kita hidup di dunia itu sejatinya hanya membuat personal branding sebagai orang yg baik.. dengan harapan, hati kita malu dengan kelakuan kita sendiri (masa, diluar dipandang baik, padahal hatinya enggak?) sehingga kita akan terus menerus berbuat kebaikan, malu sama Allah yang memiliki hati setiap manusia.
Cik, manusia itu enigma, nggak jelas. Sulit dimengerti. Rumit. Sehingga perlu sekali untuk membangun hubungan yang baik secara vertikal dan horizontal. Vertikal ke Allah, horizontal ke manusia. Barangkali, di dunia ini kita bakal sulit sekali membangun hubungan horizontal yang baik karena hati setiap orang berbeda2, makanya, perlu sekali untuk mengamati dan memahaminya perlahan-lahan.
Cik, kita itu harus belajar moderat, dan juga belajar agar dapat diterima setiap orang. Oleh karena itu, perlu sekali kita membaca lingkungan yg sedang kita huni. Perlu sekali untuk mengendalikan ego. Tidak bisa kita memoperjuangkan keinginan kita sendiri sedangkan orang-orang dalam tim tidak ada sama sekali yang tertarik dengan ambisi yang kita bawa. Pada sistem yang demikian, maka kita perlu menurunkan ego kita dan mencari celah lain yang dapat dikerjakan bersama-sama tanpa membuat diri kita kecewa akan ambisi yang gagal diwujudkan.
Adalah bersama-sama menciptakan kebaikan. Bukan mengikuti ambisi satu orang tanpa hati yg lapang. Jadi, di sistem ini, perlu kita ganti ambisi dengan menebar kebaikan bersama. Kebaikan itu banyak cabangnya, jika orang-orang menciptakan kebaikan dari cabang yang mereka sukai, apabila kita kumpulkan, bukankah menjadi suatu kebaikan yang besar dan berdampak?
Kita satukan arahan berpikir bersama. Karena pada dasarnya, visi kita semua itu sama: Surga. Misinya? berbuat kebaikan yang bisa membawa ke surga. Kalau enggak suka dengan suatu kegiatan tertentu, ga passion, ya gapapam Toh, we live by mission, not passion. Rasulullah itu enggak passion di perang, enggak suka. Tapi beliau mengerti kalau itu adalah misi menuju surga. Jadi Beliau tetap menjalankan hal yang tidak di-passion-innya
Cik, percayalah, Allah selalu memiliki alasan yang baik dan rencana yang baik pula. Untuk yang sudah berlalu, tidak perlu di sesali, jadikan pelajaran, agar bisa dijadikan bahan untuk bermuhasabah dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Cik, sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, apalah kita jika kita makhluk berlumur dosa tidak bisa memaafkan saudaranya. Setiap orang selalu punya kesalahan. Pun aku, pasti pernah nge-dzon. Mari, saling memaafkan dengan ikhlas.. Semoga Allah ikatkan hati2 orang yang sedang berlomba2 meraih cintaNya dengan mengikatkan tali cinta diantaranya.
Selamat meraih cintaNya! :)
ps: untuk kamu yang mengirimkanku pesan ini, sungguh, aku menjadi lebih banyak istighfar! Alhamdulillah. Terimakasih telah membukakan hatiku agar aku bisa selalu mengeceknya dan membersihkannya! Untukmu, mari kita bersaudara! :)
Yk, 13 November 2018
08.50 pm
Yk, 13 November 2018
08.50 pm