Polos
12:41 PM
Hari ini, aku keluar ruangan kelas sekitar pukul 11.40 WIB. Ada 4 orang laki-laki bertubuh gempal perlahan mendekatiku yang sedang membalas chat penting sambil berjalan. Merasa aneh, kutegakkan kepalaku.
'..emm.. mbak, lagi selo nggak?' Tanya mereka polos.
Aha, pasti ospek jurusan. Dahulu, aku sudah mengalaminya. Dan cukup sulit untuk bertemu kakak tingkat 2 tahun diatas kita. Tanpa berpikir panjang,
'Oh.. ospek jurusan ya? hehe. Yaudah sana aja deh yuk. berempat nih?'
'Eh iya mbak.. hehe iya berempat'
Mereka duduk didepanku sembari mengeluarkan buku-buku yang bersampul beda, sesuai dengan kelompoknya.
Hening 5 detik.
Aku sengaja tidak memulai, karena SOP nya -saat aku masih maba, harus mereka terlebih dahulu yang memperkenalkan-
Aku sengaja tidak memulai, karena SOP nya -saat aku masih maba, harus mereka terlebih dahulu yang memperkenalkan-
'Perkenalan dulu ya mbak, namaku...' Mulai salah satu maba.
Mereka mulai bertanya namaku, tempat tanggal lahir, dosen favorit, mata kuliah yang diambil, dan cita-cita.
Deg. cita-cita.
Teringat kembali tentang evaluasi bulan lalu, teringat kembali dengan lifeplan bulan lalu, teringat kembali dengan tugas-tugas dan project yang harus kutuntaskan, segera.
'Punya perusahaan yang fokus di bidang smart city' Jawabku, akhirnya.
'Aamiin...' Mereka berempat serempak menengadahkan tangannya. Mendoakan untukku, ternyata. Hehe.
Mereka kemudian mulai bertanya kembali mengapa aku memilih cita-cita tersebut, dan apakah yang sudah kudapatkan selama kuliah berhubungan dengan cita-citaku.
Ah, rasanya... seperti sedang di evaluasi. Ini mungkin bisa jadi hal sepele, tetapi buktinya aku sukses dibuatnya berpikir keras. Mereka sukses membuatku teringat kembali dengan cita-citaku. Dan, yang terpenting.. mereka mengingatkanku bahwa aku sudah memasuki semester 6! Sebentar lagi lulus.
Merasa tertohok dan terpacu untuk kembali merealisasikan life plan, aku membalikkan pertanyaan kepada mereka,
'Kalo kalian, cita-citanya apa?' Tanyaku sembari senyum
'Hehehehe... apa ya mbak. Astronot!'
Aku tertawa, bukan karena aku tidak percaya dia akan menjadi astronot. Tapi aku tertawa mengapa ia harus mengatakan astronot seperti aku sedang berbicara dengan anak SD hahaha.
Wawancara tadi kiranya lebih banyak menceritakan tentang mimpi, cita-cita, dan prospek ke depan. Aku bukan seperti sedang di wawancarai sebagai kakak tingkat melainkan seperti sedang di wawancarai oleh diriku sendiri.
Aku belajar banyak dari mereka yang masih polos. Mereka sangat besar kemungkinan masih memiliki mindset bermain, bukan bekerja. Mereka sangat besar kemungkinan masih menyiapkan kehidupan kampus, bukan pasca kampus.
Namun, hadirnya mereka memberikan dampak besar bagiku yang tidak selalu teringat akan life goal. Manusia tempatnya salah dan lupa. Dan aku bersyukur, secara tidak langsung mereka menyadarkanku.
Lalu aku pergi untuk mencari makan siang. Sendiri. Sambil berkontemplasi.
uc
9/2/18
9/2/18
0 comments