Ditengah-tengah proses menyelesaikan tugas --yang menumpuk-- untuk lusa dan minggu depan, saya menghela napas dan berhenti sejenak kemudian memutar memori sejak awal masuk kuliah.
Tepatnya tanggal 31 Agustus 2015 mahasiswa baru terutama fakultas geografi memulai kuliah efektifnya. Kuliah berlangsung sebagaimanamestinya --hingga saat ini-- . Relasinya, dan juga tugasnya. Pulang tidak tepat pada waktunya menjadi hal yang mulai, dan sudah dimaklumi dikarenakan waktu yang saya ambil untuk berleha sejenak, menyicil tugas, diskusi ‘ala-ala’, maupun waktu tempuh perjalanan sepuluh kilometer yang lumayan.
Dari sini saya sadar bahwa saya harus pintar-pintar mengatur waktu. Terkadang, ketika memulai seperempat perjalanan pulang saya berkata pada diri sendiri 'Huah, baru nyampe sini. Nanti masih belok lurus, jembatan, kiri, kali mambu, dan masih jauh. Sampe rumah mandi sholat istirahat dan nyicil nugas. Bikin kopi deh biar ga tidur.'
Belum lagi kalender dan sticky notes yang tertempel di dinding kamar, bagian depan kasur. Mereka selalu mengingatkanku akan tugas dan deadline. Mereka baik meskipun horor.
Berbicara tentang tugas, tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak memiliki tugas. Terlepas dari kuantitas dan kualitas, yang pasti kita semua memiliki tugas. Dan setiap orang mempunyai kapasitas yang berbeda-beda pula dalam menghadapinya. Orang tersebut termasuk saya pasti akan mengalami ‘masa menyerah sebentar’ yang kemudian dinamakan 'mengeluh'.
Ini yang ingin saya bahas sedikit.
Ketika kami mengeluh, seringkali kami mendapatkan teguran dari beberapa orang.
A: 'wuaah tugas banyak bangett. Kapan selesainya sii'
B: 'yaelaaa plis deh baru kaya gitu aja ngeluh. Gimana besok?'
Contoh tanggapan diatas yang diberikan terhadap kita terkait keluhan tersebut sebenarnya merupakan bentuk doktrinisasi. Multitafsir sih. Doktrinisasi supaya semangat tapi juga ada sisi doktrinisasi yang bikin stress.
Kita semua tau bahwa apa yang telah kita dapatkan hari ini termasuk tugas adalah nikmat yang luar biasa dari Allah. Rejeki yang mashaAllah. Dan kita juga tidak akan lupa akan kalimat 'bersyukur itu wajib'. Kita juga tau banget bahwa mengeluh itu adalah perbuatan yang tidak baik. Setuju?
Ya, saya sendiri paham itu tidak baik. Maka fardhu 'ain hukumnya bagi kita dan saya untuk mereduksi perbuatan tersebut.
Ada satu poin penting yang saya cari-cari dari awal merasakan hal ini, diperoleh dari hasil 'survei', intropeksi, kontemplasi, dan membaca. Poin tersebut adalah chapter. Hmm.. seperti chapter yang di novel. Hierarki chapter (?) mungkin bisa dibilang demikian. Yang jelas, chapter menerangkan tentang bagian atau tingkatan.
Awalnya, ketika saya membaca cerita chapter beberapa waktu yang lalu --tapi saya lupa sumbernya, besok kalau ingat saya berikan ._.-- saya sangat setuju dengan apa yang dikatakannya. sedikit cuplikan yang saya ingat adalah Ketika kamu menjadi seorang pemimpin, kamu sedang berada di chapter 20. dan tugasmu adalah membantu temanmu yang sedang berada di chapter bawahmu kira-kira seperti itu, kata-kata itu selalu melekat. hingga suatu hari pada saat perjalanan pulang dari kampus sekitar ba’da ashar di pertigaan menuju jembatan layang, saya sempat mengeluh ‘Masih jauh’ kemudian saya segera tersadar apa yang baru saja saya katakan: keluhan. Saya terdiam menatap lampu lalu lintas dan berpikir mengapa bisa mengeluh dan apa yang terjadi jika setiap hari terus menerus berkata demikian?
Entah bagaimana ceritanya, saya teringat akan cerita chapter. Iseng-iseng menyimpulkan, cerita tersebut bercerita tentang tingkatan orang. mengajari dan diajari. hmm mengeluh itu manusiawi tapi nggak baik. wait, sepertinya ada hubungannya dengan chapter. Seseorang mengeluh karena dia baru saja mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungannya. kalau begitu, setiap orang yang menegur dengan ‘doktrinisasi’ adalah orang yang sama denganmu di beberapa waktu yang lalu. akan tetapi, saat ini mereka sudah berganti chapter.
Coba cerita itu belum ada. Ulfah mau bikin kesimpulan itu sebagai ‘Hukum Ulfah’. 2035, sudah punya hukum sendiri. aamiin *oot*
Semenjak itu, saya jadi berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengeluh :’) karena kini saya tau sebenarnya saya sedang dalam proses menuju pergantian chapter.
Meninjau dari hal tersebut, apabila teman-teman semua bertemu dengan orang yang sedang mengeluh terutama dalam membuat tugas, alangkah indahnya untuk jangan mendoktrin kami dengan lontaran kalimat seperti diatas--'yaelaaa plis deh baru kaya gitu aja ngeluh. Gimana besok?'-- karena jika kalian tau cerita tentang 'Chapter' disinilah 'Hukum Chapter' berlaku. Saya berpikir bahwa kami yang mengeluh adalah seseorang di chapter 1 dan yang menegur kami adalah seseorang di chapter 8.
Remind all of us, kami sedang berada di chapter pertamamu disaat kalian telah sampai pada chapter delapan. Chapter satu yang tidak meminta untuk dimanja maupun dikasihani. Tetapi chapter satu yang sedang dalam proses adaptasi, proses menyesuaikan diri dengan ruangan: Tempat dan segala aktivitas yang berlangsung didalamnya.
Berikan semangat dan atau peringatan ‘Jangan mengeluh, pebuatan tidak baik lhoo’ or anything just simply means like them. asalkan nggak mendoktrin yang bikin stress. huehe. :3
Sebagai penutup, ada beberapa arti dari firman Alah untuk dijadikan sebagai motivasi.
Qs. Al-Imran : 139
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yg paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman”
Qs. Al-Baqarah : 286
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Meja buat ngerjain tugas,
Ulfah Choirunnisa
11.52 pm 6/10/15