Semalam aku bermimpi tentang seseorang yang baru saja aku putuskan untuk me-lebih jauh-kan jarak darinya meskipun kami tidak pernah benar-benar dekat. Hanya sebatas bertanya tentang hal yang menjadi ketertarikan kami -yang kebetulan sama. Hanya berbalas beberapa chat saja. Tidak sampai 10 chats dan waktunya tidak periodik. mungkin 3 minggu sekali. Tapi menurutku, jauh beberapa bulan sebelum bulan ini ada yang menjadi penyebab munculnya perbedaan. Entahlah tetapi yang jelas, aku sangat merasakannya. Sebenarnya aku pribadi tidak masalah, yang menjadi masalah adalah karena kami (atau aku?) menjadi canggung untuk berkolaborasi (lagi) padahal aku sangat ingin berdiskusi dengannya, membuat project, karena ya, ketertarikan kami sama -dengan catatan dia jauh lebih pro ketimbang aku.
Kurasa, penyebab perbedaan itu ada sejak suatu peristiwa besar yang cukup bergejolak terjadi di bulan itu. Membuatnya bahkan pergi entah kemana tanpa berkata pada siapapun. Aku tak perduli, sama sekali tidak. Namun aku hanya bertanya-tanya ada apa. Dan meniti hari-hari setelahnya dengan banyak perbedaan yang terjadi. Ya mungkin, ini bukan karena peristiwa itu namun apa daya, pikiranku yang dangkal hanya berpikir sampai sekian.
Mimpi itu terjadi dengan setting tempat perpustakaan. Karena aku sedang berusaha keras memahami sejarah, aku mengambil satu buku sejarah islam -sepertinya- untuk kubaca perlahan dan memutuskan duduk di bangku yang di apit oleh dua rak buku bergenre sejarah yang tinggi dan besar. Aku duduk, membaca sebentar hingga entah bagaimana ceritanya, ia datang ke meja yang sama dengan membawa buku sejarah berhalaman kurang lebih 200 dengan sampul mirip model buku Pramoedya Ananta Toer berwarna biru lusuh dan bau khas kertas lama yang berdebu. Kami menyapa, dan kami meneruskan bacaan kami masing-masing di meja yang sama berhadap-hadapan. Tidak ada rasa lain kecuali fokus pada mempelajari buku kami masing-masing.
Ketertarikan kami sama, maka seharusnya, tidaklah heran jika kami suka untuk saling bertukar atau memberi buku. Singkat cerita, kami sedikit berbagi tentang beberapa isi buku dan aku mengakhirnya dengan memberi sebuah coklat -yang kebetulan ada di tas- sebagai tanda terimakasih. Dia menerimanya dan mengucapkan terimakasih. Saat aku hampir akan beranjak untuk pulang terlebih dahulu, ia menitipkan padaku buku dan coklat -yang baru saja ku berikan di meja karena ia akan mengambil buku lain lagi yang akan ia bawa pulang. Jadilah kuurungkan niatku untuk pulang dan menunggu bangku, buku, dan coklat miliknya. Kemudian aku terbangun dari tidur. Yea, It was a hanging ending.
Poin 'Terimakasih' lah yang menjadi dasar utama menulis tulisan ini. Ya, aku adalah tipe orang yang suka sekali dengan kalimat 'Terimakasih banyak' dan 'Maaf'. Karena bagiku, dua kalimat (atau kata?) itu adalah dua unsur yang turut menjadi dasar pembentuk kepribadian yang baik. Kebiasaan yang dibentuk dengan keduanya mampu membawa seseorang tumbuh dengan adab yang baik dan sopan. Aku sendiri jika boleh jujur -dan tidak berniat untuk sombong sedikitpun, sangat ringan untuk mengucapkannya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, semenjak kata 'Modus' viral, aku takut untuk mengatakan keduanya secara berlebihan. Padahal sungguh, aku sangat menyukai keduanya demi habluminannas yang lebih baik.
Aku suka sekali mengatakan kedua kata tersebut dengan diiringi sesuatu yang manis. Kalau tidak susu kotak, ya coklat batang. Konon katanya, susu coklat itu tanda sayang hehe. Tapi 'Sayang' itu luas hei! jangan disatuartikan dengan sayang kepada lawan jenis saja. Susu coklat atau coklat batang dengan sticky notes diatasnya adalah momen yang paling aku sukai untuk mengatakan 'Terimakasih' dan 'Maaf'. Tak perduli laki-laki atau perempuan. Mungkin ini yang masih menjadi barrier bagiku: takut terjadi kesalahpahaman saat memberi sesuatu, coklat batang, atau susu coklat.
Sungguh, hingga saat ini, aku bahkan belum bisa move on dari caraku berterimakasih. Ketakutanku akan dibilang modus, sok baik, sok so sweet, dan lain sebagainya semakin besar. Padahal -lagi lagi- sungguh, aku memberikannya karena itulah caraku ber 'terimakasih banyak' dan memohon maaf kepada kalian. Karena kalian terlalu baik, jadi bagiku, kalian sangat pantas diberikan sesuatu yang manis. Sungguh, aku berharap kalian tidak berpikir yang tidak-tidak tentang ini. Kurasa, jika 'Modus' belum viral, aku tidak akan setakut ini.
Mumpung masih dalam atmosfer Idul fitri, aku pribadi ingin mengucapkan mohon maaf yang sebesar besarnya apabila beberapa dari kalian merasa terganggu dengan kebiasaanku yang demikian. Semoga kita semua senantiasa dibersihkan hatinya seperti saat kita terlahir di dunia untuk pertama kalinya aamiin aamiin yaa rabbal 'alamiin :)