Semesta sedang semrawut. Bintang-bintang berserakan. Jatuh bersamaan tak tahu waktu. Menjadikannya sebagai momen yang tidak lagi langka dan ditunggu-tunggu makhluk bumi. Planet-planet berputar tidak pada orbitnya. Yang penting berputar, katanya. Roket-roket datang tanpa kabar, mereka tidak tahu bahwa semesta sedang semrawut. Menjadikannya semakin semrawut.
Semestaku sedang sangat kacau. Aku merasa memiliki dunia sendiri dan tentu, alam semesta sendiri. Besarnya hanya sebesar kepalan tanganku. Yang dengannya, akal lebih berperasaan dan tidak dengan mudah melakukan hal-hal bodoh dan terlampau logis.
Dialah hati. Gumpalan darah yang mempengaruhi segalanya. Kata hadits, "Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati"
Beberapa waktu lalu, semestaku sedang indah-indahnya. Girang bukan main. Senyum dimana-mana tiap kali memandang langit dari bumi, tak lupa pula ku panjatkan syukurku. Namun, senyumku hancur ketika ada UFO datang ke bumi dan memberikanku surat berbunyi:
"Hei, bangun. Jangan senang-senang terus. Ayo, amanah kamu itu banyak banget, waktu kamu itu sedikit. Kenapa kamu masih menyia-nyiakan waktu? Dan, satu lagi. Yang sedang 'mengujimu' itu orang baik. Kenapa kamu terus memuji dan mendoakannya, sedangkan kamu lamban dalam mengupgrade diri? Sudah bertambah berapa ayat hafalanmu hari ini? Enggak malu sama Allah?"
Kacau. Semrawut.
Semestaku sangat semrawut. Bintang-bintang jatuh tak kenal waktu. Berebut. Meminta dipandang bersamaan, sementara aku hanya bisa memandanginya satu persatu. Mataku hanya dua, dan hanya bisa melihat ke arah yang sama. Planet-planet berputar tidak pada orbitnya. Yang seharusnya indah dengan cincinnya, ia berputar di orbit yang salah sehingga ia memusnahkan semesta. Aku memutuskan untuk pergi ke black hole. Meninggalkan semestaku. Roket-roket mulai berdatangan tak kenal waktu. Astronot-astronot datang mencariku, Aku bukannya muncul saat dicari. Aku tetap berdiam diri.
Terimakasih banyak. Tetapi aku butuh waktu, astronot.
Aku butuh berbicara dengan penciptaku. Aku butuh Allah untuk menata semestaku. Aku butuh astronot-astronot di planet lain yang selalu mengingatkanku pada Sang Pencipta. Juga astronot yang selalu menjadi tempat segala rasa, membuatku tersenyum dan melangkah kuat melawan gravitasi.
Jum'at, 31 Agustus 2018
9.46 pm