Bilangan-bilangan hari tlah terlewatkan begitu saja. Jejak yang ditinggalkan tak membekas begitu dalam. Apalagi jika bukan karena rutinitas yang melulu demikian tanpa ada sedikit permak pun.
Hidup ini, semester ini, hari Demi hari selalu memberi amanah yang terus bergulir. Kau tahu apa amanah tersebut? Tak lain Dan tak bukan adalah tugas kuliah Dan tugas ekstra kuliah. Entahlah, aku belum sepenuhnya paham hakekat amanah. Meskipun begitu, aku perlu dikuatkan untuk memandang hal tersebut sebagai suatu amanah yang perlu kuemban. Dengan demikian, nikmat akan berjalan sejajar denganku.
Dinamika kuliah ternyata se-absurd ini. Berangkat kuliah jam 6 pagi, melewati jalan yang sama, kuliah, agenda lain, pulang disaat sang surya mulai pamit Dari singgasananya, meninggalkan pemandangan indah nan romantis. Mengendarai di jalan, di bawah indahnya langit senja ciptaanNya. Ada air mata, ada kesenangan tak terduga. Sampai di rumah disambut oleh tugas-tugas, kemudian baru memulai mengerjakan beberapa menit kemudian jatuh tertidur. Rasanya kantuk tak lagi dapat dibendung.
Di akhir kesibukan ini, aku teringat dengan kabar-kabar teman yang sudah lama tidak bertemu, atau hanya sekadar sapa via social messenger. Pikiran ini kembali mencari celah tentang mereka. Berbagai pertanyaan mulai muncul; apakah aku harus merubah rute jalan ku agar bisa sejenak saja bertemu teman di jalan -agar setidaknya aku tau kabar mereka meski hanya menginterpretasi-; aku sudah seringkali membelah kampus belahan lain namun tak satupun tempat aku dapat menemukanmu, Lalu kapan kita akan bertemu kembali?
Entahlah, tidak ada yang tahu. Berhari-hari hingga berbulan aku tak menemukan jawabnya. Aku mulai menghibur diri dengan kesibukan yang kumiliki. Memandangmu, memandang kalian Dari sudut otakku yang dipaksa untuk menganggap kalian baik, sudah biasa ku lakukan. Aku tak berani menembus batas kesunyian ini seorang diri. Lebih baik aku diam, menanti hingga ada sesuatu yang datang. Do'a yang kalian panjatkan, atau sekadar sapaan tanpa dugaan. Bukankah kau lebih menyukai ini? Karena yang demikian membuatmu lebih menyadari bahwa Allah melihatmu.
Mimpi-mimpi kosong tak berarti hinggap di malam gelapnya kamar dengan lampu remang-remang. Indahnya Ia menghiasi mimpiku. Sampai hanya dengan mimpi pun, aku menjadi bahagia. Rasanya rinduku telah tersampaikan meski tanpa ungkapan verbal barang sedikitpun.
Kau pernah menemukan kata ‘Tuhan Maha Romantis?’ Ya, aku mendapatkan Dari Bang Azhar Nurun Ala penulis luar biasa dengan karyanya yang menggetarkan hati. Aku percaya Tuhan Maha Romantis. Ia sangat romantis kepada makhlukNya, utamanya manusia. Apa kau sadar bahwa keluh kesah mu, impianmu, perkataanmu pasti di dengar olehNya? Ya. Tapi Allah tidak memberi mu saat itu juga jika Ia berkehendak. Sebab, dalam penjabahan do'a kita, ibaratnya Allah memiliki tiga pilihan: ya, tidak sekarang, akan Ku berikan yang lebih baik. Romantis bukan? Allah bahkan tidak memberi kata 'tidak’! MashaAllah.
Maka Dari itu, jadilah manusia yang seperti hujan. Jika waktunya jatuh, hujan itu akan jatuh. Jika yang lain menentangnya, Ia tidak peduli. Ia akan tetap jatuh. Ia tidak bisa dihentikan; jika kau ingin Ia segera berhenti, tunggu saja pada waktunya. Indah bukan? Fenomena alam ini menggambarkan kehidupan kita. Rindu yang mulai menua, mulai berpeluh Dan jenuh, tak pernah ada keberanian untuk memulai. Sejatinya itulah yang memang harus terjadi. Menunggu hingga waktu itu datang meski sudah mulai (sangat) jenuh memendam kepedihan ini. Kepedihan yang terbayarkan ketika suatu sapaan datang tanpa dugaan..
Kita memang belum dipertemukan, pertemuan akan lebih baik jika itu memang pada waktunya. Rasanya, Allah masih ingin memberi kita waktu yang lebih lama agar pertemuan itu ada tanpa dugaan (pula). Jika sapaan tanpa dugaan saja telah membuatmu senyum dikala laporan praktikum mu salah, bagaimana jika pertemuan tanpa dugaan?
Tak perlu membuat rencana, jika nantinya hanya akan menjadi sebuah wacana. Percayakan pada Allah Yang Maha Romantis bahwa Allah telah menyiapkan takdir yang sangat romantis. Hingga bisa jadi kau meneteskan air mata buah perjuanganmu.
Terimakasih sudah ada. Kalian salah satu Dari keromantisan Allah yang diberikan untukku. Semoga kelak hari kita dapat menulis perjuangan indah kita dalam lembaran-lembaran kertas.
P.s: Tulisan ini juga kupersembahkan untuk kalian yang mempunyai janji main denganku :’)
Ulfah Choirunnisa