Perempuan itu Mahkota, bukan Tanah!
12:03 PM
Maraknya pemberitaan kekerasan seksual yang terjadi pada kaum hawa
baru-baru ini membuat saya geregetan. Geregetan, sebenarnya apa yang
diinginkan oleh laki-laki tak bermoral itu? Kesenangan belaka?
Kesenangan diatas penderitaan atau bahkan mayat orang lain. Adalah suatu
kesalahan yang tidak akan pernah diampuni.
Perempuan seharusnya
adalah perhiasan bagi dunia. Dunia ini berkilau karena
perempuan-perempuan yang memancarkan sinarnya. Sinar akan kecantikan
hati, kecantikan fisik, kepribadian yang arif, dan kehormatan. Ya,
kehormaatan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa perempuan ialah sosok yang
wajib dihormati, baik oleh sesama perempuan maupun oleh lawan jenis,
yakni laki-laki.
Dulu, di zaman saya SMP, kasus kekerasan seksual
belum banyak terjadi. Bahkan kami, kaum hawa masih berani pergi ke luar
rumah jam 12.00 siang sendirian (sebelum kasus yang saya utarakan
dibawah). Mindset yang tertanam dalam pikiran adalah “Pergi siang lebih aman daripada pergi malam-malam”.
Kendaraan yang ditunggangi pun tidak begitu terpikirkan. Jalan kaki pun
enjoy, tak ada yang perlu dijadikan obyek ketakutan. Tetapi sayang
ternyata hal ini tidak lagi berlaku saat ini.
Kasus yang menimpa
seorang bocah siswi Sekolah Menengah Pertama 5 Satu Atap Padang Ulak
Tanding, Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu bernama Yuyun merupakan kasus
kekerasan seksual pertama yang cukup meletupkan amarah di hati saya.
Sayapun tidak bisa membayangkan, seorang gadis yang masih dalam proses
pertumbuhan, yang seharusnya hidupnya masih dipenuhi dengan happy along
the day, masih polos, dan berbagai hal bahagia lainnya harus mengalami
penderitaan yang sangat-sangat tidak wajar, dan tidak manusiawi! Saya
geram ketika saya membaca ‘..Yuyun diperkosa oleh 14 pemuda laki-laki’ Astaughfirullah.. statement selanjutnya yang membuat saya lebih geram lagi adalah ‘Yuyun
diperkosa ditengah hutan pada pukul 12 siang ketika ia berjalan kaki
menuju rumahnya sepulang sekolah. Setelah diperkosa, ia langsung dibunuh
dan dibuang ke jurang’ Astaughfirullah, jam 12 siang bagi saya
adalah puncaknya jam aman dimana itu adalah siang hari, yang kemungkinan
besar kejahatan terjadi dalam jumlah yang sedikit. Tapi ternyata
kejadian ini mematahkan asumsi saya.
Pemuda-pemuda
yang memperkosa Yuyun (14) tidak hanya pria dewasa. Tapi juga pria
dibawah umur! Iya, dibawah umur. Apa yang kemudian orang ucapkan setelah
mendengar bahwa yang memperkosa dibawah umur? Ia akan mengatakan ‘Kok
bisa anak dibawah umur berbut demikian’ Jawabannya adalah moral yang
tak bermoral. Pengaruh lingkungan yang tidak baik sangat mendukung
terciptanya system yang tidak baik. Mereka telah terpengaruh oleh
perilaku yang dilakukan oleh pria dewasa, sebagai contoh melihat hal
yang seharusnya tidak boleh dilihat, perkataan kotor, perilaku senonoh
(khususnya) terhadap lawan jenis, dan minum minuman keras. Efek yang
timbul dari berbagai aktivitas itu adalah (1) penasaran, kemudian
mencoba, (2) Mencontoh perbuatan pria dewasa tak bermoral, (3) Menantang
diri dengan ikut-ikutan dengan alasan agar dikira lelaki sejati, ya,
dikira. Hal ini bisa terjadi karena pria dewasa tidak pernah mengatakan
akibat apa yang akan terjadi jika anak dibawah umur mencontoh kegatan
pria dewasa. Mereka tidak pernah menceritakan, karena mereka senang ada
generasi penerusnya. Generasi penerus perusak bangsa.
Kasus
Yuyun ini membawa orang-orang termasuk media massa untuk memutar waktu
kembali, merekam ulang peristiwa apa yang pernah terjadi di masa lampau.
Mencoba mencari-cari kasus yang sama untuk dapat dijadikan pengukuran
terhadap maraknya kasus ini. Kedaulatan Rakyat dalam kabar hariannya
Rabu, 11 Mei 2016 merekam beberapa kejadian serupa. T(1) 2013, Siswa SMK
di Kalasan, Rpr diperkosa, dibunuh di rumah kosong di Gatak I
Selomartani. Jenazahnya dibakar untuk menghilangkan jejak. Dalam waktu
singkat, ketujuh tersangka di bekuk, (2) 2014, Gadis dibawah umur di
Berbah diperkosa Sembilan pemuda (3) 2015, Gadis di bawah umur di
wilayah Ngemplak digilir empat pria, diantaranya pelajar, (4) 2016, dua
gadis yatim digilir lima laki-laki 2 tersangka dengan 1 orang merupkan
oknum guru olahraga, dan 3 lainnya pelajar. Jujur, hati saya sakit
sekali melihat realita yang jauh dari ‘Menghormati HAM’ Katanya negara
hokum? Negara yang menjunjung tinggi demokrasi dan HAM? Dimana letaknya?
Bagaimana bisa pelaku ini sebegitu bejatnnya terhadap perempuan tak
berdosa?
Sudah lima kasus ekstrem yang sudah dituliskan, baru saja tadi siang (13/5/16) saya melihat berita di televise dengan judul ‘Anak usia 2,5 tahun diperkosa oleh seorang lelaki’
Pak! Maksudnya apa bertindak sedemikian tak bermoral? Bukankah setiap
lelaki menginginkan untuk menjadi seorang ayah? Lantas mengapa hal ini
bisa terjadi?! Apa keuntungan menyiksa anak tidak berdosa hingga
membunuhnya dan kau simpan mayatnya di dalam almari?!! Saya semakin,
semakin geram dengan Indonesia yang penuh dengan realita miris tak
bermiral. Tak bermoral, sama sekali! Bagaimana bisa dia menyiksa anak
kecil? Motif apa yang digunakan? Apakah dia tidak pernah membayangkan
apabila hal itu terjadi pada anaknya kelak? Ayah macam apa!
Awalnya
saya tidak begitu khawatir dengan keselamatan anak kecil, apalagi
hal-hal yang berbau demikian. Namun lagi-lagi kasus ini mematahkan
pikiran saya. Hidup di kota metropolis wajib menaruh kewaspadaan tingkat
tinggi, terlebih pada buah hatinya. Tidak peduli berapa umur mereka.
Hal yang perlu diperhatikan pertama ternyata adalah menutup
aurat. Anak kecil, atau mungkin balita memang menggemaskan jika diberi
baju yang lucu, mini, gown, dan semacamnya. Namun, demi menghindari dari
kasus diatas, tutupilah dengan benar! Ternyata lelaki melakukan
ketidakmoralannya pada siapapun, tak memandang umur!. Kedua,
dampingilah mereka ketika mereka sedang bermain diluar. Dengan siapa dia
bergaul, dengan siapa dia pergi, dan apa yang dia lakukan. Pastikan
tidak ada yang ganjil. Jika anak sedang bermain didalam rumah, gadgeting
pastikan anak tidak membuka laman terlarang! Pastikan ia tidak membuka
web yang mengacu pada hal senonoh, dann pastikan tidak ada ads (iklan)
yang menjerumuskan! Ketiga, jika kalian adalah perempuan yang
sedang beranjak dewasa, sederhanakanlah pakaianmu, tutup dengan benar
jangan sampai mengundang hasrat lelaki. Perhatikan perilakumu jangan
sampai terlewat batas! Dan sebisa mungkin, hindarilah pacaran. Pacaran
di umur yang masih labil tidaklah tidak mungkin apabila meniru perbuatan
orang dewasa: melihat dan mencontoh. Kepolosan anak membuat mereka
berpikir bahwa sesuatu yang baru selalu baik. Keempat, Jika kamu
sudah dewasa, pelajarilah mana yang benar dan mana yang salah. Kamu
sudah tau batasan, maka melindungi mahkota sebagai perempuan adalah hal
yang sangat wajib. Jaga kehormatanmu.
Masalah Parenting,
hendaknya orang tua juga memberi edukasi tentang perlunya sikap waspada
perempuan. Jelaskan sebab dan akibatnya. Jika anak masih kecil, berikan
pengertian dengan Bahasa yang mudah dimengerti. Misalnya adalah
tindakan anak yang harus bersikap preventif terhadap lelaki manapun.
Harus berhati-hati. Jelaskan bahwa pertemanan itu boleh, atau bahkan
malah harus. akan tetapi seiring berjalannya pertemanan perlu
diperhatikan gerak-geriknya dan minta anak untuk bererita seputar
kehidupannya, berikan penjelasan apakah itu benar atau salah. Selain
itu, orangtua juga harus mengawasi anaknya pergi. Baik perempuan maupun
laki-laki. Berikan ‘jam malam’ agar mereka selalu patuh. Bersikaplah
terbuka menjadi orangtua agar anak nyaman untuk bercerita segalanya.
***
Bukanlah mudah untuk menjadi agen penyelamat moralitas bangsa, bukanlah cepat memperbaiki moralitas bangsa, dan bukanlah sederhana untuk mengubah moralitas bangsa. Semua tidak akan mmenjadi ‘Bukan’ apabila terdapat rasa cinta yang besar terhadap perhiasan dunia, terhadap ‘gemerlap’ langit Indonesia. Dan tak hanya cinta, namun kerjasama untuk menciptakan umat yang lebih baik, umat terbaik. Karena perempuan itu mahkota, bukan tanah! Mereka harus dijunjung diatas, bukan diinjak!
Bukanlah mudah untuk menjadi agen penyelamat moralitas bangsa, bukanlah cepat memperbaiki moralitas bangsa, dan bukanlah sederhana untuk mengubah moralitas bangsa. Semua tidak akan mmenjadi ‘Bukan’ apabila terdapat rasa cinta yang besar terhadap perhiasan dunia, terhadap ‘gemerlap’ langit Indonesia. Dan tak hanya cinta, namun kerjasama untuk menciptakan umat yang lebih baik, umat terbaik. Karena perempuan itu mahkota, bukan tanah! Mereka harus dijunjung diatas, bukan diinjak!
#SaveWomens
Jumat, 13 Mei 2016 9.37 pm,
Ulfah Choirunnisa
Ulfah Choirunnisa
0 comments