Satu kata untuk malam ini: haru. Usai mengerjakan tugas, aku mengambil ponsel dan iseng membuka akun instagram. Awalnya tidak ada yang begitu spesial. Namun aku terhenti pada satu foto yang di post oleh seorang kakak tingkat. Foto itu mengambil hatiku, dan menimbulkan rasa rinduku akan berkumpul dengan kakak-kakak luar biasa itu. Kakak-kakak yang membimbingku, dan yang mengkondisikan atmosfer menjadi seakan berada di surga dimana aku hanya teringat akan Allah. Kegiatan yang kulakukan hanya yang bertujuan untuk mendekatkan diri padaNya dan pun duniawi, training untuk menjadi insan yang lebih baik.
Rindu itu kembali. Menarikku untuk memutar waktu kembali.
Aku berhenti pada foto itu dan ku klik sekali, tagged person detected. Ada yang rupanya kukenal -atau mungkin hanya sebatas tau- ku klik dan, aku menemukan sebuah foto tanpa muka. Namun, aku tak menghiraukan foto tersebut. Aku terpana pada sebuah captionnya yang di dalamnya ia menuliskan sebuah greeting singkat disertai emoticon senyum. Menyiratkan bahwa dia sangat menyayangi salah satu dari anggota keluarganya itu, adik perempuannya.
Orang kedua, aku membuka akun instagramnya dan lagi-lagi aku hanya membuka foto tanpa muka. Hanya sebuah foto kertas beserta panorama. Panorama yang diambil bukanlah panorama Negeri Tanah Air, namun panorama Museum Aya Sofya di Istanbul, Turki. kalau tidak salah, Kakak ini berada disana untuk menempuh pendidikan melalui beasiswa yang ia dapat. MasyaAllah Lagi-lagi, aku terpana dengan captionnya. momen yang dia ambil sebenarnya sama dengan orang yang sebelumnya. namun subyek yang diambil berbeda. Kali ini, dia mengutarakan kalimat yang intinya ia menyayangi orang tuanya. Ia memaparkan dengan singkat namun sarat makna.
Orang ketiga, kali ini aku membuka fotonya yang berdampingan dengan ibunya. caption yang dibawakan tidak se-tersirat dua orang diatas, namun kakak ini sangat menyayangi ibunya. Terbukti lewat tulisannya di blog pribadi sukses membuatku tercengang. Kakak ini kakak hebatku, kami saling mengenal alhamdulillah..
Hatiku sesak penuh haru. Mereka orang-orang terdidik, juga terpelajar. Akhlak mereka sungguh dapat menjadi tauladan.
Pelajaran yang didapat disini adalah: sayangi orang tua dan keluarga kita. sungguh, menyayangi mereka merupakan hal yang tepat. Dan satu hal lagi, kalian yang menyayangi keluarga memiliki derajat lebih tinggi dimata orang. Ya, derajat paling tinggi keramahannya, ke- lainnya yang baik-baik.
Percaya atau tidak, orang lain sangat mengagumi orang yang menyayangi keluarganya terlebih ketika kalian tidak sengaja memperlihatkannya di depan umum. Terlebih untuk kalian, para lelaki. percayalah, kalian yang menyayangi keluarga lebih tinggi derajatnya daripada kalian yang hanya suka pergi tanpa ingat keluarga. Ya, lagi-lagi terlebih kalian orangnya refleks. Kan kalau sifat dasarnya sayang keluarga, di masyarakat pun terlihat sekali. Pasti kalian akan dipandang berbeda, hehe.
Untuk wanita pejuang surga, berbahagialah menjadi wanita seutuhnya karena ditiap umur kita senantiasa meupakan rahmat yang besar. Saat kecil kita bisa menjadi anak sholehah yang mengantarkan orang tua ke surga, ketika menjadi ibu kelak, kitalah yang pertama kali dituju untuk berbakti. MashaaAllah
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
20/12/15 Ma’assyauq kakak-kakak terhebat.
Ulfah Choirunnisa