Radifa #2: Bincang Inspiratif Bersama Mas Retas dan Mas Ali

11:00 AM

Alhamdulillah akhirnya berkesempatan lagi untuk ikut acara Radifa yang kedua kalinya bagi saya. Radifa merupakan singkatan dari Ramadhan di Farmasi, kalau temen-temen belum tau hehe. Sebelumnya saya hadir di radifa sebagai maba yang masih fresh banget.. barengan sama Jipa, Putri, sama Cibi. Saat itu saya lupa deh diajakin sama siapa tapi kayanya saya dapet poster digitalnya dari grup maba geo. Oke, sebelumnya saya salut nih dengan radifa 2016 ini karena sangat menambah semangat saya untuk ikut. Berawal dari Radifa 2015 yang dengan temanya menarik saya untuk bergabung (tentang interaksi Al Quran), menghadirkan pembicara yang super keren salah diantaranya adalah Mas Ibnu dan Presma 2015, Mas Satria Triputra. Dan kali ini Radifa 2016 menghadirkan Presma 2016, Mohammad Ali Zaenal Abidin dan public figure saya, Mas Retas Aqabah Amjad, Ketua BEM Fakultas Teknik 2016. Perpaduan yang sangat apik! Tema yang diusung Radifa 2016 adalah Mengupgrade Ilmu dan Ibadah dalam Madrasah Ramadhan. Penasaran? awalnya saya juga, dateng deh. Yuk, langsung aja ke poin-poin yang saya peroleh dari hasil talkshownya. Check this out!


Adakah civitas akademika UGM yang belum kenal Mas Ali? beliau adalah ketua BEM KM UGM 2016 a.k.a presiden mahasiswa (presma). Mahasiswa Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran 2012. Jika menilik ke belakang, Mas Ali ini sebelum menjadi presma UGM, sempat menjadi presma di FK loh, keren kan. Selain itu Mas Ali juga memiliki segudang prestasi yang belum sempat saya tulis di buku catatan saya hehe, kata moderator aja CV nya sampai 9 lembar wahwaah. Eh btw kalau teman-teman belum tau, dulu Mas Ali ini nggak berniat untuk kuliah di UGM, tapi di Universitas X di Jakarta lho hehe. Ceritanya sangat-sangat lucu tapi inspiring. Intinya adalah ketika Mas Ali masih kekeuh dengan X, semua orang doain dia masuk UGM. Sampai ketika dia diterima di X dan UGM, dia awalnya masih mau X tapi kemudian beristikharah dan meminta pendapat ibunya. Dan ternyata do'a ibu adalah di UGM. Diambillah amanah itu oleh Mas Ali, dan sekarang malah jadi orang nomor satu :) kerenkerenn. Ohiya, ada satu fakta lagi yang cukup anti mainstream bagi seorang presma kita yang satu ini yang sekaligus akan menjadi topik bahasan review kali ini, Adalah seorang santri di Pesantren Baiturrahman! Wah nggak nyangka aja kan ya, seorang presma tapi ternyata juga sekaligus seorang santri. Mau tau tips yang akan diberikan oleh Mas Ali bagaimana mengatur jadwal bagi seorang presma sekaligus santri yang kesibukannya melimpah ruah? Sabar yaa, saya akan mengajak untuk berkenalan dengan Mas Retas Aqabah Amjad. 

Masih asing? Kalau temen-temen adalah kakak tingkat saya mungkin sudah tidak asing lagi. Konon, teman saya bilang kalau Mas Retas terkenal di luar hoho, pun saya nyatanya juga mengenalnya dan menjadikannya sebagai public figure hehe (everyone should have a public figure). Okey lanjut. Mas Retas adalah seorang pembelajar yang meninggalkan zona nyaman. Ngomong-ngomong saya suka sekali dengan istilah ini, semoga dapat menjadi istilah yang menggambarkan diri saya kelak aamiin. Ia adalah Ketua BEM Fakultas Teknik 2016, merupakan mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota tahun angkatan 2013. Sama seperti Mas Ali, prestasinya banyak sekali saya hanya mengingat sebagian. Diantaranya adalah finalis LKTI Smart City, peserta terbaik sekolah advokasi, dan lainnya saya lupa. Mas Retas dikata sebagai pembelajar yang meninggalkan zona nyaman karena ia benar-benar merantau dalam mencari ilmu. Lahir di Wonosobo, saya lupa mulai merantau saat SMP atau SMA. Yang saya ingat adalah Mas Retas tes di MAN IC Serpong tanpa diketahui orang tua, dan akhirnya sekolah disana. Kereeen. Lanjut, Mas Retas kemudian lulus dan diterima di Teknik PWK UGM. Praktis, ia pindah ke Jogja dan yaa merantau. Kerennya lagi, Mas Retas kemudian menjadi peserta asrama beasiswa PPSDMS (sekarang RK) selama 2 tahun. Total tahun ia merantau adalah 9 tahun. Itu adalah waktu yang lama, bahkan Mas Retas juga cerita kalau dia pulang tiba-tiba udah ada bayi-bayi yang dia sendiri gatau itu siapa :') lucu aja hueehe.

Langsung aja yuk kita lihat tips yang diberikan oleh 2 orang-orang hebat ini!

Bagaimana cara membagi waktu?
'Iman itu bisa rusak layaknya baju. Maka, mintalah Allah untuk terus memperbaikinya, Iman mudah banget naik turun, maka kamu harus cari lingkungan yang baik' (Abidin, 2016)
Mas Ali mengatakan bahwa lingkungan itu sangat mempengaruhi kegiatan kita. Kebetulan, katanya, pesantren baiturrahman ini lingkungannya cocok dengan Mas Ali karena ternyata disana, presma tidak hanya Mas Ali yang dari UGM namun juga ada presma dari UNY, dan juga dari Amikom sehingga pesantren mengerti betul kondisi santri-santrinya. Inti dari penyampaian seputar tips membagi waktu oleh Mas Ali adalah memahami kondisi dan merencanakan segala sesuatunya. Memang, membagi waktu itu sulit bagi saya namun yang cukup memberi kesadaran, tamparan tentang pengelolaan waktu adalah ketika Mas Ali berkata 'Dulu saya pernah sempat berpikiran untuk keluar (pondok) tapi kemudian saya merenungi kembali 'Akankah saya mendapatkan hal yang lebih baik dalam organisasi ketika saya sepakat untuk meninggalkan pondok?''

Mas Retas menjawab pertanyaan ini dengan memberikan motivasi super kepada audiens. Prologue nya mengingatkan kita akan peristiwa 9 ramadhan yang ternyata merupakan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 'Bapak-bapak kita aja berjuang keras pas ramadhan. Masa kita yang udah enak gini habis kuliah yang cuma dengerin dosen di kelas aja udah lemes nglakuin hal-hal bermanfaat lainnya' Mas Retas juga bilang kalau kita perlu banget belajar kehidupan, nggak cuma belajar di kelas. Dimanapun kita berada, sebisa mungkin buatlah suatu momentum didalamnya, katanya. Kutipan yang paling saya suka dari Mas Retas adalah 'Kalau kamu adalah yang terhebat di suatu ruangan, berarti kamu berada di ruang yang salah'

Bagaimana menjaga hubungan dengan orang tua?
Tips yang diberikan oleh Mas Ali: Komunikasi dengan orangtua utamanya melalui telepon, dengarkan suara orang tua khususon suara ibu karena motivasi terbesar sebenarnya adalah ada pada mereka.
Tips dari Mas Retas:
'..Kalau kita pulang, pasti ada perbedaan, termasuk kriput pada wajah orangtua yang semakin bertambah' (Amjad, 2016)
1. Pastikan mereka tidak khawatr dengan aktivitas kita
Mas Retas cerita, ia ada grup whatsapp khusus keluarga gitu jadi suka share jadwal-jadwal hariannya sekaligus minta doa restu. Boleh banget nih dicoba :)
2. Hubungi setiap hari
3. Minta doa restu kepada orangtua
Ingat, mereka selalu mendoakan kita
4. Kalau ada waktu, silakan sempatkan untuk pulang
Saat pulang, usahakan banget untuk memaksimalkan family time. Kalau Mas Retas sendiri, setiap mau pulang, hari sebelumnya sudah mengabari teman-temannya kalau ia akan sulit dihubungi beberapa hari kedepan karena Mas Retas ternyata totalitas banget hehe. Kalau udah family time, gadget ditaruh, dan selanjutnya adalah untuk keluarga. Ini juga boleh banget dicoba!

***

Radifa 15 Juni 2016, 16.00-17.32 WIB ini baru cukup untuk membahas dua pertanyaan tersebut. Ternyata waktunya masih kurang-kurang banget untuk bincang inspiratif sama orang-orang inspiratif seperti Mas Ali dan Mas Retas. Patut dijadikan motivasi lah ya, ketika seseorang dengan segudang kesibukan, dengan amanah yang cukup berat, tapi mereka masih menyempatkan untuk mencari ilmu dunia dan akherat yang merupakan salah satu cabang dari ibadah (Menuntut Ilmu) disela kesibukannya, ia juga masih menekankan banget birrul walidayn.. (fardhu 'ain nget nih) Sebelum closing statement Radifa oleh moderator, ada kutipan lagi tentang amanah yang patut diperhatikan, diresapi dalam hati,

'Amanah itu bukanlah suatu hal yang diinginkan, amanah itu bahkan sebenarnya adalah beban karena tanggungjawabnya besar. Apalagi pertanggungjawaban di akherat nanti. Amanah itu diambil karena amanah merupakan suatu peluang kebaikan. Karena kita nggak akan pernah tau amalan kita yang mana yang akan diterimaNya'  (Amjad, 2016)

Radifa's Closing statement
'Ketika kita beribadah, janganlah berputusasa karena siapa tau Allah sedang menguji kita' :)


Hari ke-18 Ramadhan
Ramadhan di Farmasi
23 Juni 2016
Ulfah Choirunnisa

Baca ini juga, yuk!

0 comments