Pagi ini tampak berbeda. Subuh begitu
syahdu ditemani dengan guyuran hujan yang cukup lebat. Kamarku-kamar satu-tampak
hangat oleh makhluk-makhluk di dalamnya. Empat orang -separuhnya adalah makhluk
asli kamar satu, dan separuh lainnya adalah makhluk migran dari lantai atas dan
kamar sebelah- tidur di masing-masing kasur (Kasur keempat ditaruh di
bawah). Kondisi ini sudah biasa, dan kami sama-sama saling nyaman.
Malam itu, kami cukup tepar karena
kami pergi cukup lama, yaa bisa dibilang kami pergi seharian. Pukul dua siang
aku, kakren, dan PS memutuskan untuk pergi ke Jogja Islamic Book Fair –biasa
disebut IBF- di GOR UNY. Ini adalah kali pertama aku ke IBF Astaughfrullah orang Jogja macam apa aku ini
yang udah 19 tahun tinggal tapi baru pertama kali ke IBF. Praktis, aku sama
sekali tidak membawa uang banyak dan polosnya tidak sedikitpun terbesit pikiran
untuk mengambil uang di ATM. Tujuan awalnya sih, membeli buku. Tapi coba kita
lihat di cerita ini.
Kita bertiga sebenarnya memiliki
tujuan yang berbeda-beda untuk ke IBF. Kakren yang maunya kajian, aku yang
maunya beli buku, dan PS yang gabut. Sampai di IBF kakren menuju ke tempat
kajian, dan aku bersama PS cari-cari barang titipan anak Srikandi. Langkah demi
langkah, stand demi stand, whoaaa… jadi inikah yang dinamakan IBF? Kataku.
Banyak banget bukunya, diskonannya dan yang paling penting: Bukunya bagus-bagus, baru,
dan.. hunted books.. wadudu harusnya
aku ajak ayah nih kesini biar ada modus supaya dibeliin. Puter puter stand,
pegang-pegang buku (dipegang aja sih, gemes padahal), pegang-pegang mushaf, pegang-pegang
kerudung, aduduh.. IBF gini banget.. Puter-puter stand sambil baca synopsis,
bertemulah aku dan PS dengan dua anak srikandi lain: Kak Unsky dan Muthia.
Mereka lagi cari-cari buku, dan kita akhirnya muterin stand IBF bareng-bareng. “..Setelah ini akan ada kajian tentang
*SENSORED* oleh Ustad Cahyadi Takariawan, silakan bagi yang akan mengikuti
untuk segera registrasi di sumber suara…” “Wah ada Ustad Cah! Aku mau
ketemuu” kata kak Unsky. Cuslah kita ke tempat kajian, nangkring di barisan
kedua dengan muka yang masih tanpa malu. Sambil menunggu Ustad Cah, kami
ngobrol-ngobrol asique.
Usut punya
usut ternyata Kak Unsky follow-followan
sama Ustad Cah di IG! Wadudu ada apa nih. Nggak
guys, nggak aneh-aneh kok Ternyataa.. Ustad Cah kenal deket sama Abinya Kak
Unsky. Pak Ardani abinya Kak Una memang hits banget lah. Asma Nadia aja nge
follow, keren! Seketika kita lobbying kak
Una si ketua LM Psikologi UGM 2017 buat minta tambahan nama ‘Binti Ardani’ biar
bisa foto bareng Ustad Cah. Assalamu’alaykum
Pak Ardani, kami temannya kak Una (peace) ^^
Beberapa menit kemudian Ustad Cah
udah di samping kita aja. Kak Una menyapa Ustad Cah dan.. yey kenal! Karena kak Una belum pernah ketemu.
Kajian dimulai 2 menit kemudian. 5 menit pertama, masih normal, belum ada
kepikiran yang berat-berat, belum ada malu. 10 menit kemudian, masker abu-abu
sudah bertengger di telinga dan kacamata sudah di tanggalkan dari tempatnya.
Wadudu, ngomongin apa dah ini. Still need
a time to think about this. Aku dan kak Una mulai resah, Kajiannya berat banget nih. Kita kode-kodean
dan.. yuk cari kak rahma! (Mau KIP di IBF).
Aku, Kak Una, dan Muthia-yang resah sejak awal-akhirnya pergi keluar untuk cari
buku dan cari kak Rahma.
------------------KIP dari jam setengah 5 sampai jam
setengah 6-------------------
Adzan Maghrib telah berkumandang,
ternyata srikandi punya feel yang sama: mau sholatnya di luar aja. Masjid
mujahidin UNY menjadi pilihan. Sepanjang perjalanan kami menikmati kebersamaan.
Tidak ada waktu yang tersisa tanpa tawa, huf. Terbukti yang ada di kabin
merupakan anak-anak receh –Aku, kakren,
kak upik, Muthia, ps- Tenggorokan mulai kering, Alhamdulillah di depan kami
sudah ada solusinya: Kopma UNY. Kami segera sholat usai membasahi tenggorokan
dengan minuman yang kita beli. Masjid Mujahidin adalah masjid UNY yang bagi
kami adalah masjid yang MasyaAllah! Tingkat, dan luas. Yang perlu di highlight utamanya adalah tempat wudhu
dan kamar mandinya yang begitu nyaman. Salut deh, salut!
Waktu sudah menunjukkan pukul
setengah 7. Selanjutnya, kita anterin kak upik balik lagi ke IBF karena tadi
dia dateng Cuma buat KIP trus tergiur masuk :p. Kabin menyisakan aku, kakren,
Muthia, dan PS. Ohiya, ko bisa ada
Muthia? Karena kak una harus rapat ketua lembaga, dan Muthia gaada tebengan
lain jadi ikut kita deh! Cacing di perut mulai mengeluarkan amarahnya,
meraung-raung kepada si para empunya perut untuk segera memasukkan makanan
kedalam perut mereka. Diskusi singkat dalam cabin akhirnya memunculkan satu
nama tempat makan: preksu. Hey gais ini bukan kata kotor ya, ini merupakan nama
tempat makan ayam geprek yang merupakan singkatan dari geprek susu. Jadi, menunya Cuma geprek dan susu ya? Eh
bukan dong, menunya lengkap kok. Cobain aja, tapi harus suaaabar yaa karena
yang beli buaanyaak. Satu kelebihan preksu: ada jam sholatnya, jadi jangan
heran kalau kamu datang saat waktu sholat preksu sedang istirahat. Biar barokah
^^
Handphone
dalam tas slempang consina biru bergetar. Berhubung empunya tidak memiliki
paket data, berarti getar tersebut memungkinkan dua hal: SMS masuk atau Battery low caution. Nama ‘Ibu (emoticon love)’ terpampang di layar
handphone. Rupanya, Ibu menyuruhku pulang pukul 9 malam jika urusanku sudah
selesai. Padahal kondisinya aku bahkan belum pulang dan belum menyalin tugas
bulanan. Aku mulai memutar otak dan berpikir keras apakah aku akan pulang malam
ini dengan kondisi badan yang cukup letih mengitari IBF dan menyetir seharian. Yasudahlah aku pulang besok saja, batinku.
Tidak lama kemudian, kakak SMS menanyakan hal yang sama. Akupun berpikir ulang
sambil menunggu makananku yang tak kunjung datang. Yasudahlah aku pulang saja hari ini, nanti istirahat di rumah, pikirku.
PS kemudian menyeletuk “Ada yang mau ikut ke Festival of Lights?” Kemudian semua terdiam, mikir. Eaa, dilemma.
Antara pingin menikmati pergi malam (lagi) dengan beristirahat di asrama untuk
mempersiapkan kejar tugas bulanan. Kemudian lirikan datang padaku, eaaa. Enggak
ding, PS nanya ke aku, whether I’ll
follow or no. No, kataku. ‘Aku lelah
pes, Taman kaliurang mah juauhhhh buangeett.. deket patung udang.. km 24, bisa
pingsan dijalan aku mah’ Kakren dan Muthia juga nggak ikut, mereka lelah.
Akhirnya, pees pun nggak ikutan juga. Pun Kak Una yang diajak pertama kali
akhirnya gajadi karena gaada temen HAHA. Festival
of lights, batal.
Kami kemudian sepakat untuk
membelokkan kemudi ke Jakal km 9, where
our pink dorm located. Malam yang lelah, gelap, dan dingin kupikir akan
menghantarkan ketiga makhluk untuk tidur. Ternyata dugaanku sangat salah!
mereka malah masih saja ngreceh :’)) dan masih sempet nyemangatin driver yang
salah jalan sehingga mengharuskan muter ring
road doeloe. Berasa main bola, punya supporter di belakang.
“Kamu pasti nanti nyampe kamar
langsung rebahan di kasur dan akhirnya mager, tepar, gajadi pulang deh peh.
yaQuin” doktrin pees
Sangat manjur, pes. Terimakasih.
Benar saja, Badan tergolek diatas kasur kakren
yang sekarang sudah menjadi hak milikku. “Aku pulang besok deh gengs…” kataku. “Tuhkann”
kata mereka bahagia setengah bullying karena
aku yang wacana -_- sesaat kemudian kita sholat Isya dan menata kamar menjadi room for four. Dari keempat makhluk di
kamar satu, aku tidak menyangka ternyata aku yang tidur paling dulu terbukti aku lelah tapi sok kuat mau pulang
ke rumah.
Tepat saat aku rebahan dan akan
memejamkan mata, hujan deras mengguyur jakal. Tidur kami akan segera menjadi tidur yang nyenyak ditemani dengan
guyuran hujan. Selamat Tidur, Sri.
*
Malam itu menjadi malam yang indah
dengan kebersamaan yang selalu menyertai disetiap detik, Malam itu, menjadi Tricky Trip bagiku. Bagaimana tidak,
tujuan awal yang akan membeli buku akhirnya kalah dengan trick, kalah dengan giuran
item IBF yang lain. IBF mau ikut kajian IBF? Nihil. Mau beli minum di IBF
karena udah kering banget, tricked lagi
dengan giuran ‘Mending beli diluar aja’. Gantian udah sampe di kopma, akunya
salah beli. Salah beli minuman yang aku bahkan tidak suka. Tricked again. Selanjutnya, mau niat pulang ke rumah habis dari
preksu dan asrama, doktrin ps ternyata tricked
me for the last :)
Biarpun Tricky Trip,*hams (hayoo apa arti hams? Ayo dibuka catatan tahsin nya
:p) Seperti yang sudah ku katakan tadi: kebersamaan. Meskipun lelah dan got tricked or trapped, tapi aku tidak merasa bete sedikitpun. Malah aku senang. Inilah yang dinamakan rumah, yang dinamakan keluarga. Mereka adalah tempat berpulang, dimana dengan melihatnya saja sudah mengingatkanku pada akherat dan menambah semangat di dunia. Baru kali ini aku
mendapatkan keluarga baru yang benar-benar keluarga. Keluarga yang ketika
ditinggal sebentar, udah kangen aja karena nggak ada yang icik, gaada yang ngetrick.
Bersama Ustad Cahyadi Takariawan |
*
Itu Tricky Trip ku, terimakasih Kakren, Ps, Muthia, Kak una, Muthia
yang sudah terlibat dalam tricky trip ini.
Srikandi yang lain, main yuk! Aduh ngaca
dong peh, siapa yang biasanya ga pernah bisa diajak main L