Upgrading Leadership Skill in Inspiring Youth Leaders Forum 2016

6:19 AM


Kapasitas kepemimpinan yang ada dalam diri setiap orang sudah pasti bersifat dinamis layaknya iman. Iman yang derajatnya paling tinggi saja harus di upgrade setiap waktu, setiap futur, apalagi kapasitas diri seperti leadership skill yang juga diimiliki setiap orang? Banyak variasi event yang bisa kita ikuti guna meningkatkan kapasitas kepemimpinan. Beruntungnya, pada tanggal 26-27 November lalu, Rumah Kepemimpinan mengadakan Latihan gabungan timur bersama dengan Regional Surabaya, dan beberapa dari Regional Makassar, Jakarta, serta Umum. Latihan gabungan bagian timur ini bernama Inspiring Youth Leaders Forum 2016 (IYLF 2016).

IYLF tahun ini mengusung tema “COLLABORACTION: Sinergitas Pemuda dan Professional Membangun Bangsa”. Dari temanya saja, dapat di tebak-tebak pembahasan yang akan dijadikan bahan kajian IYLF. Adalah seputar bagaimana membangun Bangsa dengan menggunakan pendekatan multidisipliner, bagaimana menyatukan peserta dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda untuk sama-sama memiliki tujuan yang satu, tujuan untuk Indonesia yang lebih baik.


Acara yang bertempat di Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman ini diikuti oleh sekitar 150 peserta. Kajian-kajian IYLF diantaranya adalah Dialog Kepemimpinan, Sharing Alumni, Talkshow, Pentas Seni, dan juga bedah buku. Masing-masing diisi oleh para ahli yang sudah berpengalaman di bidangnya. Eyang Husein Ibrahim, salah satu Pembina Rumah Kepemimpinan, salah satu pendiri Sekolah Taruna Nusantara, turut mengisi sesi Dialog Kepemimpinan dengan tema “Kemana Arah Pembangunan Bangsa”. Pada sesi ini, beliau lebih banyak bercerita tentang Indonesia dari sudut pandang Geopolitik dan Geostrategi. Beliau juga bercerita tentang salah satu nawacita yang diusung Presiden Jokowi, yakni Poros Maritim. Penjelasannya tentang Poros Maritim dari sudut pandang Geopolitik dan Geostrategi membuat kajian menjadi lebih menarik, terlebih background beliau adalah Seorang Militer.

Sesi Talkshow diisi oleh salah satu anggota DPR, Lurah Desa terbaik Se-Indonesia (Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, DIY), dan Kepala DAOP IV PT. KAI wilayah Semarang. Menyoroti pada materi yang disampaikan oleh Lurah Desa Ponorogo, materi yang disampaikan sangat bagus dan membuka mata kami sebagai pemuda-pemuda yang tinggal di kota dan banyak mengabdi di kampus. Ternyata, Desa Ponorogo adalah Desa yang sangat bagus dan maju. Dilengkapi dengan video profilnya, membuat audiens semakin bisa membayangkan bagaimana gambaran Desa yang terkenal dengan julukan ‘Kampung Dolanan’ itu. Audiens menjadi paham mengapa Desa Ponorogo memiliki julukan Kampung Dolanan. Hal ini dikarenakan Desa Ponorogo memiliki keunggulan dibidang kerajinan dolanan seperti pemberdayaan mainan tradisional. Anak-anak di desa tersebut banyak yang bermain mainan tradisional. Tentu ini merupakan hal langka disaat hampir setiap anak baik yang di desa maupun di kota beralih ke permainan di gadget.

Talkshow berikutnya diisi oleh Kepala Daop (Daerah Operasi) IV PT. KAI wilayah Semarang, Bapak Andika Tri Putranto. Pada sesi beliau kali ini, beliau menjelaskan perkembangan Kereta Api di Indonesia. Ternyata, perkembangan kereta Api Indonesia sudah sangat baik. Mulai dari perbaikan mesin, interior, sampai design kendaraan. Kereta Api di Indonesia memang masih kalah dengan Kereta Api cepat di China atau Jepang, tetapi ternyata interior Kereta Api sudah menyamai kereta cepat Jepang dan China. Termasuk juga kebersihannya. Sistem yang diterapkan juga sudah lebih baik terbukti dengan tidak adanya lagi orang-orang yang nekat naik di atap kereta api, dan tidak ada lagi yang berdiri di gerbong. Penumpang sudah mendapatkan pelayanan yang sangat baik sekelas internasional. Kereta Api Indonesia juga turut melestarikan budaya Indonesia dengan memberikan design luaran kereta api dengan gambar batik. Perlindungan pada kaum wanita dan anak kecilpun diberikan dengan menerapkan gerbong khusus wanita yang biasanya disimbolkan dengan warna pink. Namun yang masih menjadi kekurangan saat ini adalah Kereta Api yang belum bisa menjadi kendaraan primer masyarakat untuk bepergian layaknya di kota-kota maju seperti Prancis, Jerman. Jalur yang belum ada karena penggunaan lahan yang begitu massif, membuat PT. KAI diam tidak bisa bergerak mengingat PT. KAI hanya mempersiapkan Keretanya, bukan dengan jalurnya. Jalur urusan pemerintah. Jika sudah ada jalur, maka PT. KAI pun siap menjalankan tugasnya.

Kedua Talkshow diatas sudah dapat menggambarkan penerapan metode multidisipliner. Dari desa yang khas dengan tradisinya ke kota yang khas dengan teknologinya. Dengan begitu, tiada lagi alasan pemuda tidak berkontribusi karena bidang ilmunya tidak mendukung kontribusi untuk negeri.

Berlanjut ke sesi bedah buku, Buku yang dijadikan obyek dalam bedah buku kali ini adalah buku karya Bachtiar Rahman berjudul Musafir Bikers. Sesi ini bercerita tentang bagaimana Bapak Bachtiar Rachman yang akrab disapa BR, mengelilingi dunia menggunakan motor gedenya (moge). Singkirkan fokus pada moge, ada hal yang jauh lebih menarik untuk dibahas daripada mogenya. Adalah tentang safar, tentang perjalanan. BR mengaku lebih menyukai bepergian dengan menggunakan mogenya baik itu perjalanan dekat atau jauh. Ke luar negeri pun Ia membawa mogenya. Hampir seluruh Negara pernah ia singgahi. Pada awalnya, Pak BR lebih suka pergi sendirian dan menikmati alam di belahan bumi lain dan mengambil gambar tiap Negara menggunakan matanya, bukan kamera. Ya, ia memang sengaja demikian meskipun ia bisa saja beli kamera jenis terbaru pada masa itu. Namun, kata beliau saat istri beliau mencoba ikut tour dan ternyata ketagihan, Pak BR memiliki banyak foto yang penulis yakin setiap pembaca dan yang mellihatnya akan terkagum kagum. Bukan tentang pamer, riya’, atau hal lain yang sejenis, ia mau difoto karena ia berniat untuk membagikan pengalaman safarnya yang luar biasa agar pembaca mampu mengambil manfaat dan pelajarannya. Meskipun demikian, Pak BR lagi-lagi tidak begitu menekankan pada hal ini. Ada hal yang lebih menarik lagi dari foto.
Pemaknaan. Itulah hal yang paling menarik dari yang menarik. Pak BR bercerita bahwa menikmati Alam sendirian akan membuat kita lebih banyak bersyukur bahwa ternyata bumi yang Allah ciptakan sangatlah istimewa. Kontemplasi akan terjadi disetiap meter perjalanan yang dilewati. Menjadi minoritas adalah hal yang penting untuk dicoba, katanya. Karena ketika kita menjadi minoritas kita akan berjuang untuk tetap settle dan bersyukur disetiap perjuangan yang kita lakukan. Bepergian sendiri merupakan salah satu wujud penerapan ‘Menjadi Minoritas’ bagi Pak BR. Maka tak heran apabila saat ini, Pak BR dengan segala kenikmatan hidup yang Ia dapat tidak menjadikan dirinya jumawa, tetapi malah membuat beliau menjadi pribadi yang sangat-sangat rendah hati. Itulah teladan yang dapat kita anut agar terus bersyukur.

IYLF 2016 secara umum sudah berjalan dengan baik. Materi yang diharapkan dapat tersampaikan dengan baik kepada setiap peserta. Kekeluargaan antarregional juga cukup mendapatkan peningkatan. Namun ada yang perlu ditambahkan dalam IYLF kali ini yakni Focus Grup Discussion (FGD) time. Hal ini perlu agar melatih dan meningkatkan kemampuan berdiskusi peserta. Sehingga, IYLF tetap akan menjadi Inspiring Youth Leader Forum. Karena dengan bediskusi, pikiran yang terbuka akan terus dilatih untuk tebuka dan mampu menelaah pemikiran-pemikiran orang. Itulah sejatinya yang harus dilatih dan menjadi intisari dari acara ini. Materi-materi outstanding yang dipresentasikan rasanya sayang apabila tidak didukung oleh studi kasus atau inisiasi gagasan untuk permasalahan Indonesia yang begitu kompleks dari segala sector. Harapannya, IYLF 2017 akan hadir kembali dengan materi-materi yang lebih outstanding, dan didukung dengan keaktifan peserta sebagai Future Inspiring Youth Leaders melalui FGD.

Baca ini juga, yuk!

0 comments