KIK: Hati, dan Jiwa
2:04 PM
Oleh Ustad Musholi
Kajian ini mengangkat tema tentang
berdo’a dengan hati yang lembut seperti Nabi Zakarya a.s yang diceritakan dalam
surat Maryam ayat 1-6. Al-Qur’an surat Maryam ini banyak menceritakan tentang
berdo’a. “Ia berdo’a kepada Allah dengan hati yang lembut” terjemahan dari QS.
Maryam ayat 2 ini berarti menggambarkan bahwa Nabi Zakarya pasti berdo’a kepada
Allah benar-benar dalam kelembutan. Do’a yang lembut tentunya datang dari hati.
Hal yang perlu menjadi perhatian dan perlu diteladani adalah cara Zakarya
berdo’a. Berdo’a kepada Allah memang seharusnya dengan cara yang lembut dan
tidak tergesa-gesa. Sungguh, biasanya waktu yang tepat untuk dapat berdo’a
seperti itu adalah do’a di malam hari, saat orang lain sudah terlelap dalam
tidurnya. Ayat keempat juga menggambarkan tentang seorang diri yang sudah mulai
tua tetapi belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Allah. Ayat keempat sampai
kesembilan menceritakan tentang harapan Nabi Zakarya untuk memiliki seorang
anak biologis yang akan mewarisi dalam keadaan istrinya yang mandul. Namun
ternyata ia tidak hanya menginginkan anak biologis akan tetapi juga anak
ideologis.
Anak ideologis adalah seorang anak
yang akan membuat suatu pergerakan, yang akan menyejahterakan rakyat. Anak ideologis
dengan anak biologis merupakan dua hal yang berbeda. Anak biologis belum tentu
menjadi anak ideologis yang paham dan peka terhadap lingkungan sekitar, dan anak
ideologis pun belum tentu atau tidak tentu merupakan seorang anak biologis.
Oleh karena itu, kita pemimpin muda yang telah memiliki kejelasan tentang
status sebagai anak biologis dari kedua orang tua kita, perlu lebih
mengembangkan diri untuk menjadi seorang anak ideologis. Apabila keduanya
seimbang, maka keduanya akan menjadi suatu hal yang sempurna.
Kembali pada do’a. Do’a adalah bagian
yang membedakan antara orang beriman dengan orang yang tidak beriman, Hakekat
orang beriman adalah orang yang meyakini dunia dan akherat. “Celupkan jarimu ke air. Yang menetes dari
jarimu adalah dunia, sedangkan yang membentang luas adalah akherat”.
Kalimat itu seakan menampar diri sendiri untuk terus memperdalam ilmu akherat.
Memperdalam ilmu akherat dapat dimulai dengan menanamkan nilai spiritual sejak
dini misalnya kebaikan.
“Jika kamu belum bisa memberikan
kebaikan kepada orang lain, maka janganlah kau menyakitinya!” Hidup ini biasa
dipenuhi dengan berbagai masalah. Dari yang terkecil sanpai yang terbesaar.
Egoisme, menjadi salah satu sifat seseorang yang harus dihindari karena sifat
itu dapat menyakiti diri sendiri dan orang lain. Hidup berasrama berarti harus
mampu mengontrol egonya masing-masing. Setiap anak perlu memperbaharui diri dan
terus bermuhasabah untuk dapat menyesuaikan dengan lingkungan yang ada. Karena
Asrama ini bukan hanya sekadar asrama tetapi asrama ini adalah tempat
memperbaiki kualitas diri untuk masa depan yang lebih baik.
***
Ada banyak pelajaran yang dapat
diambil dari kisah Nabi Ibrahim a.s. Allah telah memberikan mukjizat yang luar
biasa kepada Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim ialah nabi yang mencari Allah
seorang diri. Mencari Allah disaat orang tuanya menyembah patung-patung yang
dianggap sebagai tuhan mereka. Tetapi meskipun begitu, Ibrahim selalu
mengatakan kepada kaumnya untuk tidak membenci dan tetap bersikap adil kepada
kaum tersebut. Perbedaan itu manusiawi. Yang perlu diperhatikan adalah pahami
sesuai Qur’an dan hadits dan jangan menganggap bahwa semua agama itu benar atau
semua agama itu salah. Itu Salah! Agama itu ya hanya satu yang benar, Islam.
Jika ingin bertoleransi jangan terlalu berlebihan. Lakum dii nukumm waliyadin..
0 comments