#Review KK PA-Problematika Umat

6:44 AM

Day 21 Ramadhan 1436 H
#30DaysChallengeWhatYouGetInRamadhan
#Review Kajian Keislaman PPSDMS Academy 2015

'Jadi ada suatu kisah seperti ini.. Ada orang nyelam hingga ke kedalaman 30 m, kemudian ia bertemu dengan seseorang yang sedang menyelam juga tapi tidak menggunakan alat. Hingga pada akhirnya, ia menyelam lagi sedalam 50 m.. Di temukannya lagi orang itu, lagi-lagi tanpa alat. Kemudian, ia mendekatinya dan ternyata orang itu bukan sedang menyelam tetapi sedang tenggelam..' '..Nah, sama. Orang Islam kalau mau mendalami atau menyelami agama, butuh alat. Yaitu pengetahuan'  

Ada dua hal yang menghalangi ilmu pengetahuan kita. Yaitu:
1. Subkhatul Fikriyah (Kerancuan Berfikir)  
Kerancuan berfikir ini bisa kita hindari atau kita tangani dengan memperbaiki akal kita. Tentunya memperkuat ilmu.
2. Syahwatul Fikriyah (Hawa nafsu)
Syahwat. Hawa nafsu. Untuk menanganinya dengan cara mengontrol hatinya. Selalu kedepankan Allah di hati seehingga kita tidak menuhankan yang lain, hingga Allah dilupakan. Naudzubillahmindzalik.  
Terkadang, suatu masalah hanya diselesaikan dengan pikiran parsial  
Pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah pengetahuan. Keilmuan pun masih di bagi lagi menjadi dua:
1. Umum
2. Agama  

Dua ilmu ini bersifat koheren. Tidak jarang banyak orang yang pintar di ilmu umum tapi dasar agamanya juga kuat. Merekalah yang beruntung. Kita disini, di tuntut untuk 'mengkoherenkan' dua ilmu tersebut dalam diri kita. Butuh motivasi? Ustad Deden memberi tokoh yang sangat menginspirasi kita kok, tenang aja... Beliau ialah:
1. Ibnu Khaldun
Pada kenal Ibnu Khaldun?  
Keahlian ilmu umum: Sosiologi, ahli sejarah
Keahlian ilmu agama: Hafidz al Quran  
2. Al Ghazali  
Keahlian ilmu umum: Filsafat
Keahlian ilmu agama: Ilmu kalam, fiqih, expert dalam tasawuf 
3. Ibnu Sina
Keahlian ilmu umum: Tabib
Keahlian ilmu agama: Hafidz Al Quran  
Saat ini, sangat sedikit muslim yang mau menyelami sejarah Islam. Mereka lebih tertarik dengan dunia barat. Westernisasi. 
Contohnya adalah kerajaan Turki Utsmani, pada saat kekhalifahan Mustafa Kemal, Turki bisa di bilang sangat rusak. Mereka mengedepankan ideologi barat. Terpengaruh oleh revolusi Perancis juga, mendorong Ia jadi memahami Liberalisme, Nasionalisme, dan Sekularisme.  



image

Nasionalisme pada zaman dahulu bermakna sangat negatif, karena memacu runtuhnya suatu kekhalifahan, di dukung olrh jahatnya Sekularisme. Apa itu Sekularisme? Sekularisme adalah paham sekular. Sedangkan Sekularisasi adalah proses mengubah sesuatu menjadi sekular. Sekularisasi  memisahkan antara agama dan negara.  
Awal dari sekularisme: Era Tanzimat
Atau disebut juga dengan era peubahan Turki. Undang-Undang sendiri di bagi menjadi dua yakni UU Keduniaan dan UU keagamaan

Masih pada pembahasan Khalifah Mustafa Kemal, yang sering disebut juga dengan boneka Yahudi karena keradikalannya dalam memimpin. Dia mengganti huruf Arab dengan huruf Latin, mengganti pakaian yang islami dengan pakaian ala Barat. Dia menghapus peringatan hari-hari besar Islam dan menggantikan hari libur yang sebelumnya setiap hari Jum’at menjadi setiap hari Minggu. Dia melarang lagu-lagu berirama Turki dan Arab, dan memerintahkan untuk memainkan musik orkestra beraliran Barat saja. Dia juga melarang orang Turki melaksanakan haji. Sekularisme membuat Mustafa Kemal menetapkan bahwa masjid hanya sebagai sarana beribadah saja.
Padahal, kalau kita kembali kepada zaman Rasulullah SAW, Masjid mempunyai lima fungsi utama:
1. Sebagai tempat beribadah
2. Sebagai tempat menuntut ilmu
3. Sebagai tempat musyawarah
4. Sebagai tempat mengembangkan ilmu dan kebudayaan
5. Sebagai tempat merawat orang sakit
Maka jelas, Mustafa Kemal telah menghilangkan empat poin lainnya. Bahkan, saat itu pernah juga adzan di rubah dari berbahasa arab layaknya adzan yang kita dengar menjadi diterjemahkan ke dalam bahasa daerahnya masing-masing. Ini yang membuat Turki Utsmani runtuh.
Kembali kepada cerita awal yang di paparkan oleh Ustad Deden tadi, bahwa kita membutuhkan alat untuk menyelami ilmu yaitu pengetahuan. Pengetahuan adalah ilmu dan bersifat komutatif. Beliau menyampaikan tata cara kita dalam menuntut atau mencari ilmu. Ilmu harus dicari melalui:
1. Al Qur'an
2. Fiqih
3. Hadits
4. Bahasa
5. Bebas (Kedokteran, filsafat, mantik, dsb)
Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, dan teman-temannya pun telah paham urutan mencari ilmu ini. Mereka berbeda beda dalam ilmu yang mereka kuasai akan tetapi ilmu mereka tetap kembali dan di dasari oleh Al Quran.
Nah, kita sebagai orang Islam tidak dibolehkan untuk hanya mengenal sholat, puasa, thaharah. Kita diwajibkan untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang islam. Contohnya adalah mempelajari ilmu fikih, dan bagaimana mengelola negara. Jadi, bahkan kita yang belum memahami islam secara dalam pun bukan hanya dihadapkan dengan kerancuan berfikir melainkan juga kelemahan berfikir.
Ada juga nih tingkatan kepahaman ilmu:
1. Pengetahuan
Diperoleh ketika kita membaca, kemudian menemukan hal baru. Atau spntan berkata 'AHA!' (kaya iklan._.) atau 'Ooohhh'
2. Kesimpulan-kesimpulan atau kaedah-kaedah
Ketika kita sudah mampu mencari ‘Benang merah’
3. Kecakapan atau pengalaman pengetahuan
Ini sudah merupakan puncak, sudah di implementasikan.
Hmm.. sepertinya cukup sekian dari apa yang saya peroleh.

Intinya, dengan kita mengetahui problematika umat secara luas dengan di beri contoh tentang Nasionalisme Turki, sudah di paparkan pula apa yang menjadi penyebab dan runtuhnya, dan juga telah ditemukannya solusi yaitu dengan meningkatkan ilmu pengetahuan kita. Harapannya, kita bisa mengambil sisi positifnya dan membangun peradaban Indonesia yang selamat, sejahtera, dan tentunya tetap berprinsip dan berpegang teguh dengan ajaran Islam. Semoga kita semua di beri kemampuan dalam mengelola bangsa kita, bangsa Indonesia. Aamiin.

Akhir kata, ada Quotes dari Ustad Deden
‘Punyailah buku tentang aqidah, fikih, sirah, biografi muslim, sebelum kamu mempunyai biografi tokoh lain’

Saya belum punya nih temen-temen, barangkali ada yang mau beliin hehe :p

Rabu, 8 Juli 2015
Diperoleh di:
Asrama Nakula RK PPSDMS
KK PA
[UC]

Baca ini juga, yuk!

2 comments

  1. Apakah sudah punya buu Siroh Nabawiyyah ? Kalau sudah apa judulnya dan penulisnya ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo! hehe wah kebetulan belum nih. Silakan yaa kalau mau memberi rekomendasi. Kalau saya udah dapet, nanti saya tulis di blog. Terimakasih blog-walkingnya!

      Delete