Akankah Aku Menjadi ‘Bisu’?

5:12 AM

Sedikit cerita dan curhatan dari Tumblrina untuk Bapak Kominfo Yang Terhormat. Tumblrina yang kecewa dengan keputusan akan diblokirnya Tumblr. Tulisan ini bersifat non formal, namun semoga dapat membuat Bapak Kominfo mempertimbangkan kembali baladanya Tumblrinas dan Tumblrinos Indonesia. Kami yang menolak untuk menjadi ‘bisu’.
Mungkin judul diatas terlihat berlebihan dan sebenarnya memang berlebihan. Ya, judul tersebut ku dedikasikan untuk tempat favoritku dalam berbicara satu arah: tumblr. Dulu, memang suka labil sih kadang pindah ke microblogging A, kadang tumblr hingga akhirnya aku menemukan kenyamanan dan ke-simple-an tumblr. Bagi anak perempuan yang belum bisa luwes (aku) untuk otak atik HTML di blogger, apalagi WordPress apalagi website (tidak-tidak, website itu berbayar, aku belum bisa memilih ini sebagai wadahku untuk berbicara) ya, mau siapapun bilang kalo microblogging A lebih enak lah lebih simple lah but, aku tidak seluwes kalian yg bisa manage blog dengan rapih nan cantik dengan segala konten yang amazing!. Namun aku bukan berarti mengatakan bahwa tumblr tidak membuatmu jadi kreatif. Ini hanya masalahku saja, aku yang tidak kreatif. Oke, abaikan. Bukan topik ini yang mau kubahas.

Perbedaan tumblr dengan microblogging lainnya mungkin sekilas terlihat Dari apa yang disajikan: tumblr identik dengan foto sedangkan blogger identik dengan tulisan.
"Nah itu! Foto, Dan dinikmati bersama dengan mudahnya! Tumblr banyak pornografinya! Tumblr harus di blokir" –Kalau gitu, apakah search engine yang terkenal sedunia itu memiliki asas praduga tidak bersalah?-
Oh come on, tumblr itu sebagai wadah dan dia punya kedudukan sebagai obyek. Sedangkan kedudukan subyek ada pada diri tumblrinas dan diri tumblrinos sendiri. Lalu, jika dia kedudukannya obyek, mau disalahin? Dimana mana yang gerak itu adalah subyeknya! Kecuali obyek terhadap predikat tapi nanti jadinya pasif -loh malah bahasa indonesia- 

Ibarat kita dikasih uang, nah kita bebas mau itu uang dibuat untuk infak atau beli barang yg haram. Yang rugi siapa? Lha ya subyeknya to. Uangnya ngapa? Lha ya diem aja, orang dia tidak berdaya. Sama seperti nasib tumblr yg saat ini sedang diujung tanduk. Antara di blokir dan tidak jadi di blokir.
Jika menilik kembali pada kasus tumblr yang akan di blokir, maka analogi uang masih berlaku:
Uang akan segera ditiadakan, dilenyapkan, semua orang tidak boleh bertransaksi menggunakan uang lagi karena uang dapat digunakan untuk membeli barang haram!
Berontaklah orang orang. Namun usahanya dibalas dengan “kan masih ada sistem barter” Dan yash! Analogi ini masih berlaku
“Kalo tumblr saya blokir kan anda masih bisa menulisnya di kertas”
Oh, do we play roles in a story? Because I feel like I pulled out into the past again. Barter did in the past, didn’t it? Where people are patiently waiting for a transactional used function: money. Yes, we pulled out and we are using regressive plot. We’re in a story. Ketika barter identic dengan zaman tradisional, maka menulis di kertas juga merupakan budaya tradisional. 

Eh, nulis di diary itu berkesan kok, tenang” ini bukan masalah menghilangkan kebudayaan, melupakan zaman tradisionall. Itu bagus jika kita masih menghargai budaya dan kembali sejenak ke zaman tradisional –Bahkan saya pun memiliki hobi berkirim kartu pos yang tentu itu juga merupakan budaya tradisional-, namun fungsi yang disajikan itu sebenarnya berbeda. Jika kita menulis untuk diri sendiri, dalam artian ditulis dalam buku harian, penekanan lebih berada pada privasi sedangkan tujuan daripada menulis di tumblr  adalah sharing. Iya, sharing atau dalam Bahasa berarti berbagi.  We have to emphase back on one thing: tumblr is not about something so private just like only you yourself and Allah who knows. But tumblr is about sharing! Mungkin ada beberapa orang yang membuat akun tumblr tapi hanya untuk dia sendiri, it’s okay. Oh, saya ingat dulu saya seperti ini namun akhirnya saya tersadar bahwa it’s a virtual space! Everybody could see it whenever and or wherever they are. 


Hm, begini-begini Bapak Kominfo Yang Terhormat, saya sadar dan bahkan sangat sadar bahwa tumblr saya tidak banyak dikunjungi orang dan pun jika dikunjungi sayapun tidak pernah tahu apakah tulisan-tulisan yang saya buat memberikan manfaat barang sedikit, atau tidak sama sekali. Tapi pak, tulisan-tulisan yang telah saya buat itu benar-benar saya tulis dari hati yang terdalam. Tidak-tidak, ini bukan tentang galau yaa mungkin ada beberapa postingan yang terindikasi bahwa saya membuatnya ketika dalam kondisi galau. Tapi saya sangat berusaha untuk menuliskan sesuatu yang membawa manfaat bagi diri saya sendiri maupun diri orang lain. Manfaat bagi diri saya sendiri tentunya adalah menyalurkan apa yang ingin saya utarakan ketika tidak ada ruang di real space, mereview materi yang baru saja saya dapatkan dari sebuah kajian, mereview sebuah event, dan mengutarakan isi hati yang tidak melulu galau. Karena saya pun juga sedang belajar untuk terus menuliskan segala hal yang saya dapatkan di setiap bilangan hari. Darinya, saya terus berusaha untuk mengevaluasi setiap bilangan hari dan mencari intisari, hikmah, yang saya dapatkan sehingga tulisan tersebut nantinya akan menjadi sebuah pengalaman bagi diri sendiri, dan semoga juga dapat memberikan manfaat kepada orang lain. 

Jika kami diminta untuk merelokasi tulisan-tulisan kami -yang telah menjadi sejarah bagi kami sendiri- ke suatu media offline atau microblogging lainnya tentu itu bisa pak kami lakukan, akan tetapi bukan itu yang kami mau. Namun lebih kepada nasib tulisan-tulisan kita. Tulisan-tulisan yang telah kami buat dengan serius, dengan sepenuh hati, pada hari tertentu dan pada tanggal tertentu. 

Hari tertentu, tanggal tertentu. Dua momen inilah yang kemudian menjadikan hati dan tangan kami menjadi ragu untuk merelokasi tulisan-tulisan tersebut. Kami merasa sayang dengan date stamp yang tertera pada setiap tulisan di tumblr kami. Mungkin hal tersebut dapat dikatakan merupakan hal yang sepele dan bisa dengan mudah untuk dilahirkan kembali. Tapi itu tidak! Karena date stamp itu memiliki suasana khusus dan suasana tersendiri yang tidak akan pernah dapat tergantikan! Karena menulis itu sangat membutuhkan suasana yang baik. Baik suasana pada lingkungan fisik maupun suasana hati. 

Itu adalah momen dimasa lampau yang menjadikan kami merasa dengan sangat berat hati untuk meninggalkan tumblr kami –secara paksa-. Kami juga masih mempunyai alasan untuk menolak pemblokiran tumblr yakni untuk kepentingan di masa depan. 

Sebagaimana kita ketahui,  globalisasi saat ini sudah sangat merajalela hingga ke ranah yang sangat kecil. termasuk wadah untuk menuangkan kreasi kami. Kreasi dalam menulis dan juga kreasi kami dalam melakukan hobi. Bukankah terdapat sebuah kata-kata dimasa lampau yang tidak akan pernah kita lupakan, khususnya untuk para penulis? Seperti ini:
‘Menulislah kamu agar tidak hilang ditelan zaman’ 

Begitu. Kami di amanahi untuk berusaha menulis dan terus menulis –tanpa mengindahkan genre dari tulisan kami. Entah tulisan tersebut memang sudah memiliki tema induk sejak pertama kali dibuat, entah tulisan itu adalah tulisan insidental, dan entah tulisan itu adalah tulisan untuk mengenang hari bersejarah. Karena semua tulisan pasti memiliki tujuan. 

Kenangan, dan masa depan. Inilah yang perlu dipertimbangkan kembali agar tumblr tetap tidak diblokir karena sama halnya dengan Bapak mengurangi wadah bagi anak muda untuk berkreasi, untuk menyampaikan hikmah dari tulisan yang ia buat. Bukankah tulisan itu juga merupakan salah satu media untuk berbicara? Kalau begitu, secara tidak langsung bapak telah membuat kami menjadi bisu!  

Saya sadar pak, niatan bapak tentu sangat baik yakni menghindari kami dari konten-konten pornografi yang akan merusak moral bangsa ini. Tapi mohon untuk ditekankan kembali bahwa tumblr adalah obyek, dan kami adalah subyek. Dan kami yang mengerti sekali, yang butuh sekali media microblogging yakni tumblr sangat memohon kepada bapak untuk memberikan kepercayaannya kepada kami yang benar-benar memetik manfaat dari tumblr. Karena menghilangkan sebuah obyek bukanlah solusi.

Begitu banyak para tumblrinas dan tumblrinos yang telah menolak untuk pemblokiran tumblr. Wajar kan pak, jika ada orang kehilangan rumahnya kemudian marah? Nah, ya itu hehe.
Jika tumblr yang memberikan lebih banyak manfaat bagi kami saja akan di blokir, bagaimana dengan siaran televisi yang jelas-jelas merusak moral anak bangsa dengan segala aksi terlarang tanpa sensor? Think again

Terimakasih banyak pak, dan semoga bisa dipertimbangkan ulang :)

Tumblrina,
Ulfah Choirunnisa

Baca ini juga, yuk!

0 comments