Tumblr' 100th post: Ibu dan Ayah

10:57 PM

Alhamdulillah, ternyata tulisanku ini akan menjadi tulisan abal-abalku yang ke-100. Tulisan special ke-100ku ini untuk orang special pertama diantara 100 special orang lainnya. Dia adalah Ibu dan Ayahku.

Perkenalkan, yang memakai satin biru ini, Ibuku.

image
Ibu tercantik sedunia.
Namanya Nuning Siswanti. Ibu merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Lahir dan sekolah SD di Jakarta, SMP dan SMA di Dumai, Riau, Sumatera Barat, dan kuliah, menikah, menetap hingga saat ini di Jogja Bantul tercinta. 

Dulu, di masa SMA nya ibu paling ditakuti oleh teman-temannya. Konon, ibu katanya galak dan pinter silat plus aktif dalam kepramukaan. ‘Jangan salah, gini-gini dulu ikt Jambore dan udah lomba silat kemana-mana, menang pula! Lompat harimau? Ah, kecil!’ Kata Ibu. Inilah yang kemudian menjadi jurus ibu untuk ngejek anaknya ‘Ibu aja dulu jago silat kok anak-anak ibu gaada yang nurun sih. Pramuka juga nggak suka. Padahal asik’ hmm.

Itu dulu. Sekarang ibu sudah meninggalkan kesibukan itu dan kini hobinya adalah hobi yang sangat keibuan. Ya, hobi Ibu adalah memasak. Masakan Ibu uh lezat tak tertandingi apalagi Ibu ini berlidah Sumatera. Makanannya almost all are spicy! Dan Ibu suka sekali bikin kreasi makanan, tapi bukan yang pastry. Alasannya simple: ovennya rusak -_- lagian ibu juga nggak tertarik dengan pastry. Walhasil, kalo beli buku resep yaa tetep makanan ber rempah. 

Sebenernya ini juga andalan Ibu buat nanyain ke aku kenapa belum bisa masak haha, karena di dapur aku hanya kadang-kadang dan pun kalau udah di dapur Cuma suruh ngulek, yaa walhasil Cuma hafal bumbunya dan bumbu itu adalah bumbu masakan yang biasa. Tau kenapa? Karena lebih sering disuruh jaga depan kalau ada tamu -_- But trust me I would be the best chef as Ibu as Uti! 

Ibu paling suka lauk hmm apa yaa, kayanya ibu selalu menyukai apa yang ibu buat wkwk. Tapi biasanya apa yang aku tidak suka, ibu suka. Contohnya, jengkol, ati, sambal tempe. Uhh.. sukses bikin kaget ketika lihat lauk itu di dalam tudung saji. Ibu, Uti hanya tertawa melihat reaksi kami (Masku juga akan bertindak sama halnya denganku. Selera kami mirip-mirip). Kalau makanan nonlauk yang ibu suka antara lain adalah pempek (kita juga suka loh yang kita bikin sendiri, hoho), tekwan, Martabak (Ibu-ibu suka banget yaa sama martabak *halah anaknya juga padahal*), Mi jawa (seafood especially), ohya kalau cemilan ibu suka sekali dengan kacang koro (aku menyebutnya kacang kecoa karena bentuknya mirip kecoa).

Pekerjaan yang sering aku lakukan bersama dengan ibu saat ini adalah mencuci baju dan nonton… Veera dan Uttaran! Ya, kami sekarang seringkali mencuci baju bersama dan terkadang kami bergantian untuk menyeterika baju. Setiap mencuci baju, bahasan wajib ‘ainnya adalah Veera dan Uttaran. Ada yang tidak mengenal judul ini? Judul ini adalah judul sinetron India hahahaha maafkan kami tapi ini sangat menarik anggap saja sebagai hiburan. Semenjak liburan, Ibu senang karena aku dirumah artinya, ibu dapat menonton Uttaran bersamaku. Jika aku harus pergi untuk acara kampus atau organisasi atau apalah, ibu selalu bertanya 

Pulang jam berapa? Mau tak ajak nonton bareng Uttaran e biar seruu’ 

Padahal saat itu Uttaran mulai tayang pukul 14.00-16.00 WIB. Apa boleh buat, kegiatan jam segitu tidak saya hadiri hahahaha. Ohiyaaa sekarang, kami juga suka bergantian menjemput adek yang masih duduk di bangku kelas 5 SD. Jadi, menjemput adek rasanya sebagai dessert jadwal pergiku di tiap bilangan hari, Maksimal pergi sampai jam 14.00 dan diakhiri dengan menjemput adek

‘Pah (Ibu memanggilku ‘Upah’ –termasuk juga mas, adek, kung, uti. Mereka memanggilku demikian) jemput adeknya sekalian yaa Ibu mau nyeterika sambil nonton Uttaran’
‘Okee’
‘Pah dah pulang blm uttaran bagus’
Ibu mengajariku banyak hal salah satunya adalah pembagian tugas. Mulai dari bagi jatah nyapu (Ibu di Ruang keluarga, kamar, mushola luar, dan aku di ruang tamu, ruang makan, dapur, mushola dalam. Dan kita nantinya akan bertemu di teras hahaha) bagi tugas kalau ada tamu pasien ayah, ngobrol pagi hari ngomongin jadwal yang harus dilakuin hari itu, berunding mau masak apa, dan lain sebagainya. Secara tidak langsung, ibu mengajariku bagaimana cara melakukan itu semua dan mengambil keputusan-keputusan –tidak hanya tentang masak, kami juga suka cerita banyak hal-
Konvensi yang diberikan pada ibu ke anak-anaknya sebenarnya sama: tidak boleh keluar malam. Ini sangat ketat diberlakukan hingga aku SMA. Kalau di SMA, pulang sekolah jam 2, jam 3 belum pulang meskipun sudah memberi kabar, masih ditanyain ‘kok belum pulang?’ 

Pernah suatu kali aku menghadiri acara tutup tahun kakak kelasku. Bagaimanapun juga, adek kelasnya mendapat undangan agar dapat menghadirinya. Akupun pergi setelah maghrib karena open gate pukul 17.30 WIB. Yasudah, kupikir aku akan dapat mengikuti barang satu acara saja. Ternyata? Ketika aku sampai, belum ada yang dimulai. Bahkan sepertinya temanku belum sampai. Dan mereka baru datang ketika isya’. Kami pun masuk saat isya’ dan sholat terlebih dahulu. Kembali ke lapangan untuk menunggu sebuah acara yang dimulai sekitar pukul setengah 8 malam. Aku bercengkrama bersama temanku, tiba-tiba handphone ku bergetar. Ada pesan masuk, dari Ibu.
‘kok blm plg’
Aku harus berpamitan dengan temanku  tepat pukul 20.00 WIB
‘Peh, mau pulang?’
‘Iya, udah di sms nih’
‘apaapaan baru nyampe, acara blm dimulai kamu dah pulang’
‘hehe, gimana lagii’

Tapi konvensi tersebut mulai berkurang ke-ketat-annya saat aku kuliah. Aku sudah mengatakan dari awal bahwa aku mengikuti sebuah organisasi. Terkadang, saat ada acara yang mengharuskanku pulang malam, aku memberi kabar terlebih dahulu dan ibu mengizinkan dengan syarat: jangan malam-malam. Tapi mau pulang dari kampus jam 9 ya sampai rumah jam 10, jadinya tetap malam. 

Suatu waktu saat itu baru saja selesai pembahasan UU. Aku tidak bisa meninggalkannya lebih dahulu karena aku menjadi salah satu petugas. Alhamdulillah, pembahasan selesai sekitar habis isya’ dan aku memutuskan untuk pulang. Namun ternyata badanku sangat-sangat letih saat itu. Hingga aku tak kuasa melanjutkan perjalananku saat itu juga. Aku berbaring di jok mobil yang ku rendahkan. Ingin sekali rasanya untuk tidur tapi aku tidak bisa dan tidak boleh tidur. Kulanjutkan perjalananku untuk pulang pukul 20.00 WIB dengan badan yang masih sangat letih. Di sepanjang perjalanan, hanya radio yang berbunyi. Hingga tanpa sadar, ketika aku berada di dekat stadion Mandala Krida, aku mendengar suara kaca mobil pecah ‘Pyar!’ aku melihat ke kanan dan ke kiri. Tidak ada apa-apa. Kemudian aku melihat spion kanan untuk melihat siapa dan apa yang terjadi dengan orang di belakangku. Terkejutlah aku karena spion kananku sempurna menutup, dan ketika ku buka.. tidak ada kaca di dalamnya. Jadi, yang bunyi tadi adalah kaca spionku yang pecah. Padahal, hingga saat ini aku tidak mengerti apa yang telah ku senggol, melihat kondisi di jalan tersebut hanya aku yang melintas. Di kanan ku ada pohon dan tiang listrik. Maka, kemungkinan terbesar adalah aku menyenggol salah satu darinya. Tapi bahkan, aku tidak merasakan ketidakseimbangan dalam menyetir ketika aku menyenggol spion tersebut. Entahlah.

Ibu bukan hanya tentang hobinya dan juga konvensinya. Ibu juga mempunyai kekurangan. Hanya satu hal: suka wacana. Ngomongnya mau pergi ke supermarket bareng besok minggu, eh kesampaiannya baru enam bulan berikutnya :-) 

Udah yaa perkenalan tentang Ibu, sekarang mau lanjut ke ayah dulu..
Oke, perkenalkan ini ayahku.

image
Please ignore the girl who looks very sleepy
Namanya Marslinawan Dwikardi Merahana. Terkesan panjang dan sulit yaa.. but it’s okay panggil saja Ayah Wawan, oh kalian bisa memanggilnya Pak Wawan hehe. Ayah ini Jogja tulen, lahir di Gunung Kidul dan besar di Jogja. Ayah mah luwes kalau berbahasa jawa, tapi ayah tau ibu dan anak-anaknya tidak bisa berbahasa jawa (khususnya jawa halus) sehingga kami dirumah memakai Bahasa Indonesia. 

Berbicara tentang hobi, hobi ayah adalah otomotif. Sukanya ngutek-ngutek kendaraan. Entah sepeda onthel, vespa yang tadinya buluk diubah jadi vespa mulus, motor, dan juga mobil. Dan yang paling jadi kesayangan ayah adalah kendaraan vespa. Bahkan, ketika akan berangkat mengisi pengajian ditiap Jumat dan sabtu sore meskipun hujan turun dengan lebatnyaa tetep aja pakevespa, katanya nikmat. Ayah juga tergabung dalam club mobil Datsun yang masih sering mengadakan arisan dan touring. Kalaupun touring, yang berangkat ibu dan ayah saja. Anaknya? Jaga rumah~ lagian kami bertiga –mas, aku, adek. Juga akan lebih memilih dirumah. Yaa asalkan ayah ibu pulang bawa oleh-oleh yuhu.

Ayah juga mengajarkanku banyak hal. Mulai dari menekankan supaya bisa renang, jadi pemimpin, kuliah berkelanjutan, berorganisasi, sabar dan tawakkal, dan juga hal kecil lainnya. Ayah seringkali mengatakan padaku

‘Ulfah kamu tu harus bisa renang lho itu benar-benar menyelamatkan’
‘Iya, jadi pemimpin itu harus. Contoh tu A, B, C’
‘Kuliah jangan Cuma kuliah, harus ikut organisasi. Itu penting lho’
‘Bahasa Inggrisnya dikuatin, jangan sampe lupa’,
‘Jangan pernah takut’
‘Baik sama semua orang itu wajib. Akhlak nomor satu’ dsb. 

Selain mengingatkanku pada hal tersebut, ayah juga selalu menanyakan kabar teman-teman yang pernah kerumah ataupun sekadar ku ceritakan. Bahkan ayah masih mengingat teman yang sering kuceritakan sejak zaman SD! Hal ini mengingatkanku akan pentingnya mengingat teman dan bertanya kabar. 

Bukan hanya ibu, ayah juga membuat konvensi yang berlaku untukku (saja) -_- aku tidak boleh mengendarai motor hingga sudah sebesar ini, sepertinya hanya karena dulu waktu latihan pernah nyenggol selebor orang (Nyenggol doang padahal) kata ayah aku nggak bisa ngerem, tapi aku nggak mau kalah dan aku bilang ke ayah ‘Ayah berat sih!’. 

Padahal aku sebenarnya bisa naik motor. Bisa ala-ala saja sih, paling Cuma di dalam kampung. Bahkan, kalau mau ngeprint diluar pasti ditanyain ‘Nyebrang nggak? Nggak usah nyebrang lho’ (intinya boleh naik motor tapi gaboleh nyebrang) -_- ‘Iya yah, enggak kok’ Ya padahal tetep nyebrang, aku berani karena jalanan itu sepi. Kalau ibu minta tolong aku naik motor untuk membelikan sesuatu pasti bilangnya ‘Dek Ning aja, Ulfah nanti gabisa’ Padahal aku bisa… 

Jika harus jujur, sebenarnya aku memang tidak cukup berani, dan ketika aku sok-sokan berani mau ke brimob –yang harus lewat jalan besar dan memakai helm- aku nggak bilang ke ayah ibu, langsung saja pakai helm dan cus. Begitu mau nyeberang.. nunggu lamaa banget. Paling ada yaa 10 menit haha ‘Kok rame ya.. belum izin, yah takut.. ah tidak-tidak aku pasti bisa. Lah kan Cuma situ doang.’ 10 menit kemudian ‘Balik aja deh’ akupun dengan rasa malu harus balik ke rumah dan cerita ke ayah dan ibu. yang kudapat: 

‘Kamu tu beraninya kesana besok nggak boleh lagi, bahaya lho’
‘hehe iya yah, bu.. *meringis*’ 

Dari TK hingga SMA, aku diantar ayah setiap hari. Di kesempatan itulah aku berbicara banyak hal. Dari mulai yang nggak penting, sampai yang penting. Dari mulai yang terdahulu, sampai yang sekarang. Darinya, aku belajar banyak hal kecil. Dulu, saat menghafal nama-nama negara ASEAN (Saat itu ayah belajar singkatan ini di tahun sekitar ‘95 sehingga baru ada 7 negara yang tergabung dalam ASEAN), ayah mengajariku singkatannya: ‘Indomaltapilsingabrunviet’ ‘Itu apa yah?’ kemudian ayah menjelaskan singkatannya. Juga ayah mengajariku ilmu pengetahuan lainnya dengan bernyanyi tapi aku lupa nyanyian seperti apa yaa hehe. 

Di jalanan juga kami temukan banyak hal untuk dipelajari. Edukasi pertama di jalan saat itu adalah menghafal kode plat nomor kendaraan! Ini dimulai sejak aku SD kalau tidak salah. Yaa saat itu hanya sebatas tau kode plat B, dan AB. Tapi saat ini aku sudah mulai kepoin tiap kendaraan yang lewat.

‘Yah R dari mana? Yah, kok pak polisi nggak bingung ya, kan yang punya kndaraan buanyak gimana bisa nggak ada satupun plat yang sama?’
‘Eh jangan salah, plat itu kode paling kiri sinkron lho dengan kode paling kanan?
‘Maksudnya?’
‘Satu huruf paling kanan itu nunjukin kode daerah. Misal, mobilmu AB____FB nah yang dilihat AB___B itu berarti STNK Bantul’
‘Lah vespa ayah kok AB____A’
‘itu ayah KTP jogja. Jogja nggak Cuma A. AB____H juga, biasanya daerah deket-deket tamansiswa’ 

Menghafal kode plat nomor itu asik. Kita jadi tau itu orang berasal darimana saja. Akupun lebih senang menghafal kendaraan teman-teman berdasarkan plat nomornya. Jadi, aku hafal lho plat nomor beberapa dari kalian :p

Ayah juga suka kasih tebak-tebakan yang ngeselin. 
‘Tau nggak kenapa pedagang yang di pinggir jalan dinamain pedagang kaki lima?’
‘Soalnya gerobaknya punya lima kaki’
‘Nggak lah, coba kamu hitung, nggak sampe lima’
‘Loh, iya yah. Kenapa yaa yah, oh mungkin kaki bapaknya dihitung juga’
‘Bukan, karena kaki lima itu singkatan’
‘Apa?’
‘Kanan Kiri Lintasan Manusia’ (Ada yang baru tau? Ulfah juga baru taunya SMP haha)
tebak-tebakan kedua
‘Coba, berat mana 1 kg kapas sama 1 kg besi?’
‘Hahaha ya besi lah yah’
‘Salah’
‘Kok?’
‘Kan ayah bilang tadi 1 kg kapas dengan 1 kg besi. Kan sama-sama 1 kg, ya berarti beratnya sama lah’ ‘Oiya..’ (Dan pertanyaan ini aku dapatkan ketika berada di kuliah) :’) 

Pernah suatu kali aku bertanya kepada ayah tentang perbedaan PT, CV, NV dan lainnya. Itu merupakan jenis-jenis perusahaan yang ternyata merupakan singkatan dari Bahasa Indonesia, Inggris, maupun Belanda dengan beda maksud. Ayah juga menjelaskan tentang ISO. Hmm yang seperti ini ayah tau karena dulu ayah pernah bekerja di bidang ekspor-impor. Aku tidak akan tahu karena saat itu aku tidak memiliki pertanyaan yang mengarah pada hal tersebut.

Pokoknya, dari jalan banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Alhamdulillah.. Oh satu lagi. Kekurangan ayah sama seperti Ibu: wacana :’)

Hmm.. apalagi yaa yang bisa digambarkan dari ayah dan ibu. Quality time keluarga biasanya terbentuk secara tidak sengaja di setiap senja di dapur. Disitu, selalu bercanda, bercerita tentang hal apapun. Menggoda ibu tentang ‘circus’, makanan, dan lainnya. 

Thus! above are a very little things about my first special person (Ayah and Ibu is one *ciee) among my hundred special persons. Even though i never say directly that i love them, but trust me my love is huge! Because Allah’s ridho based on our parents’ ridho. alhamdulillah..

With love,
Ulfah Choirunnisa 6/2/16 7.44 am

Baca ini juga, yuk!

0 comments