Kutukan Sejarah (2)

7:08 PM

...Satu dari mereka pernah bilang 'Kita harus belajar sejarah supaya kita tidak salah ambil langkah dan kejadian yang lalu terulang kembali'.

Brilian! kataku polos. (Part 1)

***

Aku, mahasiswa tahun pertama (saat itu), masih belum memiliki pandangan bagaimana caraku untuk bisa memutarbalikkan pikiran ke pelajaran sejarah saat aku SMP. 'Semua orang berkata orde baru, semua orang berkata radikal, semua orang berkata sejarah! apa yang bisa kuingat lagi tentang ini?! aku tidak pernah berniat sedikitpun untuk memahami -bukan sekadar menghafal- sejarah, aku tidak mampu lagi mengingatnya. Haruskah aku membeli lagi LKS kuning itu?' Aku mengeluh pada diriku sendiri. Penyesalan memang selalu datang di akhir. Dan inilah penyesalanku yang pertamakali pada sejarah. Sampai suatu saat aku memberanikan diri bertanya kepada salah satu dari mereka 
'Mas, gimana sih kok bisa tau penggalan-penggalan sejarah gitu? itu kan pelajaran SMP'
Jawabannya singkat, 'Baca buku'

Gemas sekali. Aku berpikir buku itu banyak, mana yang harus aku baca? Dan jawabannya adalah 'Buku yang bergenre sejarah'. OMG, still have no idea. Akhirnya hari setelah itu aku memutuskan untuk pergi ke Gramedia -Belum mengenal Togamas nih yang selalu diskon- dan menemukan buku 'Hatta' terbitan Tempo. Buku ini kupilih random karena tidak ada yang merekomendasikanku buku apa yang harus aku baca untuk menarik memori terdahuluku, dan salahku juga karena tidak bertanya rekomendasi buku.  Mungkin masih terlalu polos dan lugu.

***
Tau kan kalau Penerbit Tempo itu punya banyak serial? Ya, ternyata 'Hatta' ini serial Bapak Bangsa. Kenapa milih 'Hatta'? Karena pernah dapet cerita (atau sentilan?) dari orang-orang hebat tadi dengan perkataannya 'Bung Hatta aja di dalam penjara bisa menghasilkan buku. Masa kamu yang enggak di penjara gabisa ngehasilin apa-apa?'. Kalimat itu sangat cukup menyentilku yang saat itu rajin menulis tapi tidak begitu berfaedah (Lah emang sekarang udah berfaedah?). Jadilah kupilih buku 'Hatta' sebagai gerbangku menuju 'Menyukai sejarah'. 

Aku mulai membaca buku 'Hatta' tanpa memperdulikan ciri khas tiap penerbit. Semua ku generalisir. Yah, dasar newbie, semua-semua di generalisir. Belum memahami gaya-gaya tiap penerbit. Tebas saja. Kubaca 'Hatta' dan perlahan aku mulai memahami seorang Hatta yang dikenal mempunyai senjata yakni pena. Hatta sangat suka menulis dan membaca. Betapa kagumnya aku dengan beliau yang hidup di zaman susah tapi masih mampu menghasilkan karya dan memperbaharui wawasannya. 

And Yeay! aku berhasil membaca habis buku 'Hatta' ! Rasanya senang sekali, akhirnya bisa tahu 1/1000000000 tentang Hatta. 

Sesaat aku  merasa senang dengan diriku yang akhirnya mampu membaca habis biografi tokoh bersejarah. Segera, aku tersadar bahwa untuk bisa mengatakan sesuatu dengan penggalan sejarah tadi, kita tidak bisa hanya belajar dari satu tokoh saja. It's like a mozaic! potongan fotonya adalah biografi-biografi tokoh, catatan peristiwa, catatan konflik, catatan zaman, dan catatan-catatan lainnya. Potongan foto itu harus disatukan sehingga menjadi mozaik yang utuh dan dapat dilihat melalui helicopter view.

***
Setelah Hatta, aku kembali bingung apakah aku harus membeli semua biografi tokoh terbitan Tempo, atau aku lebih baik membaca buku yang berisi peristiwa sejarah sehingga aku akan mendapati karakter tiap tokoh meskipun hanya secuil? Pertanyaan ini hanya menghasilkan tanya. Tanpa jawab. Kebingungan memilih buku kemudian membawaku kepada scrolling timeline line dan mencari di Internet atau stalking social media profile orang-orang keren. Aku belajar dari mereka melalui tulisannya. 

Beberapa waktu yang lalu, temanku, Mba Izzah, ke kamar dengan membawa buku serial Tempo sebanyak 6 buah. I'm kind of histeric. OMG she really bought this all OMG. Aku meminjam buku biografi Sultan Hamengkubuwono IX. Tambahlah aku merasa bodoh. Sebagai orang jogja, belum mengenal sosok sultan yang ternyata luar biasa ini harus dihindari! Di buku itu dibahas banyak kebaikan Sultan HB IX dan hubungannya dengan kemerdekaan Indonesia. Disitu juga dijelaskan bagaimana Jogja yang pada awalnya merupakan negara sendiri kemudian memutuskan untuk bergabung bersama Indonesia dan memperjuangkan kemerdekaannya. Dan dari situ juga aku baru tau kalau Ambarrukmo Plaza yang kini menjadi hotel, dulunya adalah singgasana Sang Raja!

I got the point from this. Aku merasa senang karena aku bisa bilang 'Oalaaaah itu..' ketika membaca buku sejarah. Aku merasa sejarah itu benar-benar sesuatu yang harus dipelajari jika aku tahu obyeknya. Sehingga mampu membayangkan dan penasaran akan masa lampaunya and how was it formed. Yes, ternyata, untuk dapat menyukai sejarah, bagiku, adalah dengan mengetahui obyek yang akan kita telisik masa lampaunya. Karena aku tau Ambarrukmo Plaza, mengetahui kisahnya zaman dahulu menjadi lebih menarik untuk dipelajari. Jadi, kenali obyek, telisik sejarahnya.

Membaca biografi Sultan IX membuatku banyak menggelengkan kepala. Sultan, you are such a very good man. Where will i find the one like you in this era? Aku mulai mengetahui sedikit tentang sejarah Jogja dan Sultan. Sebagai kurcaci kecil sekecil debu yang dibelah tujuh ini, jika boleh menyarankan, bagi orang Jogja yang belum pernah baca tentang Jogja silakan baca biografi Sultan terbitan Tempo yang cenderung ringan dan mudah dipahami. Di dalamnya diberikan pula rekomendasi biografi Sultan yang lebih komprehensif jika tertarik untuk mengkajinya lebih dalam.

***
Itu sedikit tentang bagaimana aku mencari start point dalam mempelajari sejarah Indonesia: Belajar biografi (yaa. baru dua sih. Tolong recommend hehe)
Hingga detik ini, aku masih belum menemukan buku yang mampu membantuku menyusun mozaik-mozaik itu menjadi satu gambar yang utuh. Rekomendasi buku-buku sejarah yang mudah dipahami boleh banget untuk ditinggalkan di kolom komentar ini or kindly send me message by Instagram hehe. I really am need that recommendation.

Dan.. masih berbicara tentang sejarah, kala aku masih pusing dengan pilihan buku yang harus di baca demi tersusunnya mozaik sejarah Indonesia, aku bertemu lagi dengan orang-orang yang kini turut 'membantu' menyusun mind palace (Istana pikiran yang dibangun dari diskusi dan literatur) ku. Mereka bukan orang yang sudah lama ku kenal. Baru saja genap setahun. Tetapi kehadirannya membuat mataku terbuka lebar untuk terus belajar sejarah. Tapi, bukan hanya sejarah Indonesia.

Lalu, sejarah yang mana lagi?

(Bersambung)


Baca ini juga, yuk!

0 comments